BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gambaran masyarakat indonesia di masa depan yang ingin di capai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat bangsa dan negara yang di tandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya di seluruh wilayah indonesia (Depkes RI, 2012).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan karena defak sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya. DM merupakan gangguan yang kronis dan berhubungan dengan kerusakan berbagai organ tertentu seperti mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.Pada pasien DM harus melakukan upaya pengendalian nutrisi agar kadar gula terkendali. Pengendalian kadar gula darah DM dapat dilakukan dengan menjalani lima pilar yaitu edukasi, pengaturan makanan, olahraga, obat, dan kontrol gula darah mandiri (Padang, 2017).
Menurut Garnadi (2012). Ada beberapa jenis diabetes yakni; pertama, disebut IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau DMTI (Diabetes Mellites Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan yang kedua disebut NIDDM (Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2. Ada jenis lain yaitu Diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes), yang timbul hanya pada saat hamil. Ada juga jenis diabetes yang disebabkan oleh karena kerusakan pancreas akibat kurang gizi disebut MRDM (Malnutrition related DM) atau (DMTM) Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi. Pada upaya kendali DM yaitu mengatur pola makan, diabetes harus mengatur pola makannya dengan prinsip 3 j yaitu tepat jadwal, tepat jenis, dan tepat jumlah makan.
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan diubahkan dalam aktifitas tubuh (Hidayat, 2006 dalam Padang, 2017). Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral (Potter dan Perry, 2005 dalam Padang, 2017). Gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, kanker, dan anoreksia. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh adalah kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang melebihi kebutuhan metabolik (Carpenito, 2012).
Ketika mengetahui akibat yang timbul oleh diabetes mellitus sebagai tenaga kesehatan di dapatkan beberapa masalah keperawatan dan diagnosa keperawatan yang muncul yaitu ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh yang aktif, intoleransi aktifitas. Dimana yang menjadi prioritas untuk menangani kasus pada pasien yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Adapun batasan karasteristiknya yang dapat muncul yaitu berat badan 20% atau lebih di bawah rentang normal, bising usus hiperaktif, ketidak mampuan memakan makanan, kurang minat pada makanan, membrane mukosa pucat, penurun berat badan dengan asupan makanan adekuat. Serta banyak factor factor yang berhubungan yaitu factor biologis, factor ekonomi, ketidak mampuan makan ketidak mampuan mencerna makanan, dan kurang asupan makanan (Kusumawati, 2015).
Masalah yang ditimbulkan akibat ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan memberikan asupan nutrisi dan diet yang sesuai dengan penderita diabetes mellitus. Nutisi adalah penggambilan zat-zat makanan penting dan di butuhkan oleh tubuh. Nutrisi yaitu suatu proses penggunaan organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorsi, penyimpanan metabolism dan mengeluarkan zat zat yang tidak terpakai (Misnadianly, 2006 dalam Purwanto, 2016).
World Health Organization (2016) memperkirakan, bahwa secara global 422 juta orang dewasa berusia di atas 18 tahun yang hidup dengan diabetes pada tahun 2014. Jumlah terbesar penderita diabetes diperkirakan untuk Asia Selatan, Asia Timur dan Barat. Di seluruh dunia, jumlah penderita diabetes telah meningkat secara substansial antara tahun 1980 dan 2014, pada tahun 1980 penderita diabetes berjumlah 108 juta jiwa dan pada tahun 2114 naik menjadi 422 juta penderita diabetes.
Menurut data dari Federasi Diabetes Internasional (2013) jumlah penderita diabetes di Indonesia telah mencapai 8.554.155 orang di tahun 2013. Jumlah penderita diabetes ini membuat Indonesia menjadi Negara dengan populasi penderita diabetes terbanyak ke-7 di dunia pada tahun 2013, setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko (Padang, 2017).
Data WHO memperkirakan jumlah penderita DM tipe 2 di Indonesia meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang. “Lebih dari 60 persen pengidap diabetes tidak sadar kalau terkena diabetes (Pramono, 2016).
Menurut Riskesdas (2013), prevalensi penyakit DM di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%). Prevalensi DM Provinsi Sumatera Barat (2013), pada umur ≥15 tahun berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,3 persen, sedangkan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala 1,8 persen (Kemenkes RI, 2013).
Untuk di Sulawesi Selatan kabupaten/kota situasi pemberantasan penyakit diabetes mellitus pada tahun 2016 tercatat sebayak 173.359 kasus dengan cangkupan tertinggi di Kabupaten Enrekang (179,46%), Kota Palopo (154,50%). Kota (142,86%). dan Kabupaten Soppeng (109,10%). Bila di kelompokkan kedalam kelompok umur maka jumlah kasus yang tertinggi berada pada kelompok >50 tahun (92,241 orang), pada tahun 2016 penyakit diabetes mellitus tercatat mengalami penurunan yaitu sebayak 209,435 kasus yang tertinggi di Kab Gowa (12,089 kasus). (http://dinkes-sulsel.go.id/new).
Berdasarkan uraian di atas, mengigat luasnya masalah diabetes mellitus, maka penulis akan membahas studi kasus ini dengan judul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Tn “X” Dengan Kasus Diabetes Melitus Dengan Ganguan Kebutuhan Nutrisi Di Ruangan Mawar lantai 2 RS Tadjuddin Chalid 2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas tersebut maka rumusan masalah karya tulis ilmiah ini adalah: “Bagaimana gambaran penerapan asuhan keperawatan pada klien TN ”X” kasus diabetes mellitus dengan ganguan kebutuhan nutrisi di Ruangan Mawar Lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid 2018.
C. Batasan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi permasalahan pada gambaran asuhan keperawatan pada Tn. ‘’X’’ kasus diabetes mellitus dengan ganguan kebutuhan nutrisi di Ruangan Mawar lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid 2018.
D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan kasus diabetes mellitus dengan ganguan kebutuhan nutrisi pada Tn. “X” Ruangan Mawar lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. “X” dengan kasus diabetes melitus dengan ganguan kebutuhan nutrisi di Ruangan Mawar lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid 2018.
b. Untuk mengetahui gambaran diagnose keperawatan pada Tn. “X” dengan kasus diabetes melitus dengan ganguan kebutuhan nutrisi di Ruangan Mawar lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid 2018.
c. Untuk mengetahui gambaran intervensi keperawatan pada Tn. “X” dengan kasus diabetes melitus dengan ganguan kebutuhan nutrisi di Ruangan Mawar lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid 2018.
d. Untuk mengetahui gambaran implementasi keperawatan pada Tn. “X” dengan kasus diabetes melitus dengan ganguan kebutuhan nutrisi di Ruangan Mawar lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid 2018.
e. Untuk mengetahui gambaran evaluasi keperawatan pada Tn. “X” dengan kasus diabetes melitus dengan ganguan kebutuhan nutrisi di Ruangan Mawar lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid 2018.
E. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu dan pengetahuan dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya, khususnya pada kasus diabetes mellitus.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi sumbangsi referensi bagi Institusi Rumah Sakit khususnya Rumah Sakit Tadjuddin Chalid . dalam proses manajemen pemberian Asuhan keperawatan khususnya pada kasus diabetes mellitus dengangguan kebutuhan nutrisi.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan peneliti dalam bidang ilmu keperawatan serta gambaran asuhan keperawatan khususnya pada kasus diabetes mellitus dengan gangguan kebutuhan nutrisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. (Shinta Herlina, 2017)
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus:
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan atau mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
3. Perencanaan
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : Nyeri Menunjukkan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Kriteria Hasil : 1) Cairan tubuh adekuat.
2) Turgor kulit baik
Intervensi |
Rasional |
1. Pantau tanda-tanda vital.
2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
3. Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
4. Timbang berat badan setiap hari.
5. Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
|
1. Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. 2. Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat. 3. Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan. 4. Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti. 5. Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual. |
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan : 1). Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
2) Menunjukkan tingkat energi biasanya
3). Berat badan stabil atau bertambah.
Kriteria Hasil : 1) Nutrisi terpenuhi.
2) Berat badan stabil
Intervensi |
Rasional |
1. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien. 2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
3. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
4. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
5. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi. |
1. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya). 3. Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang 4. Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien. 5. Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel. |
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
1) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
2) Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi |
Rasional |
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
2. Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri. 3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
5. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam. |
1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial. 2. Mencegah timbulnya infeksi silang.
3. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman. 4. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi. 5. Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret. |
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
1) Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
2) Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi |
Rasional |
1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental
2. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya. 3. Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya. 4. Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
|
1. Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal 2. Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas. 3. Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4. Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan. |
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
Tujuan :
1) Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
2) Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Kriteria Hasil :
1) Pasien akan beradaptasi dengan keletihan yang dibuktikan oleh status energi,aktivitas, dan status nutrisi.
2) Keseimbangan antara aktivitas dan istrahat.
Intervensi |
Rasional |
1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup. 3. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas. 4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi. |
1. Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah. 2. Mencegah kelelahan yang berlebihan
3. Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4. Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi. |
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
1) Mengakui perasaan putus asa
2) Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan
3) Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi |
Rasional |
1. Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.. 2. Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
3. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya. 4. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri. |
1. Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2. Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping. 3. Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4. Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
|
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan :
1) Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
2) Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
3) Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Kriteria Hasil : 1) Kurang pengetahuan teratasi
2) Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang
penyakitnya
Intervensi |
Rasional |
1. Ciptakan lingkungan saling percaya.
2. Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
3. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
4. Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat. |
1. Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar. 2. Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup. 3. Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program. 4. Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
|
3) Implementasi
Merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan dimana tindakan keperawatan dilaksanakan berdasarkan rencana keperawatan pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi yang telah tercatat dalam rencana keperawatan
4) Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan dan berpedoman pada tujuan dan kriteria yang telah ditentukan pada tahap ini untuk memastikan apakah hasil yang diharapkan telah tercapai.
B. Tinjauan Tentang Diabetes Melitus
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (Rendy & Margareth, 2012).
Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relative (Hasdianah, 2012).
Sedangkan menurut Sunyoto (2012) dalam Herlina (2017), diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik elative maupun elative.
Menurut definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang secara genetis dan klinis termasuk Heterogen yang dapat menimbulkan beberapa gajala akibat Hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat yang berkembang mejadi komplikasi Makrovaskuler, Mikrovaskuler dan Neurologis yang tidak dapat di sembuhkan tetapi hanya dapat dikontrol.
2. Etiologi Diabetes Mellitus
Menurut Rendy & Margareth (2012), penyebab diabetes dikelompokkan berdasarkan tipe, yakni:
a. DM Tipe I (Diabetes Mellitus tergantung insulin/DMTI)
1) Faktor Genetik/herediter
Penderita DM tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2) Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel b pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel b pancreas.
3) Faktor Imunologi
Pada DM tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
b. DM Tipe II (Diabetes Mellitus tak tergantung insulin/DMTTI)
1) Usia: (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun).
2) Obesitas: obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh: insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik.
3) Riwayat keluarga.
4) Kelompok etnik.
3. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg/menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%. (Corwin dkk, 2013).
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto-asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter (Corwin dkk, 2013).
Menurut Rendy & Margareth (2012), ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energy agar sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak, dan protein.
Karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk, termasuk gula sederhana atau monosakarida, dan unit-unit kimia yang kompleks, seperti disakarida dan polisakarida. Karbohidrat yang sudah ditelan akan dicerna menjadi monosakarida dan diabsorbsi, terutama dalam duodenun dan jejunum proksimal. Sesudah diabsorpsi, kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara waktu dan akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula (Herlina 2017).
Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar bergantung pada hati yang mengektraksi glukosa, menyintesis glukogen, dan melakukan glikogenesis. Dalam jumlah yang lebih sedikit, jaringan perifer otot dan adiposa juga mempergunakan ektraks glukosa sebagai sember energi sehingga jaringan-jaringan ini ikut berperan dalam mempertahankan kadar glukosa darah. Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan H2O, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak (Herlina 2017).
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu rusaknya sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu dan sebagainya), Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas, desensitas atau kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer (Anderson & Wilson, 2012).
Pada diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu karena defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra seluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi (Rendy & Margareth, 2012).
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan klien banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernafasan, akibatnya bau urine dan nafas penderita berbau aseton atau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Rendy & Margareth, 2012).
4. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Menurut Rendy & Margareth (2012) seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila menderita dua dari tiga gejalan yaitu:
a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, banyak kencing dan penurunan berat badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah: Poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus menurun, bisul/ luka, keputihan.
5. Komplikasi Diabetes Mellitus
a. Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia.
2) Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner, (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
b. Komplikasi Menahan Diabetes Mellitus
1) Neuropatidiabetik.
2) Retinopatidiabetik.
3) Nefropatidiabetik.
4) Proteinuria.
5) Kelainankoroner.
6) Ukus gangrene.
Terdapatlima grade ulkusdiabetikumantara lain:
§ Grade 0 : Tidakadaluka.
§ Grade I : Kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit.
§ Grade II : Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang.
§ Grade III : Terjadi abses.
§ Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal.
§ Grade V : Gangren ada seluruh kaki dan tungkai bawah
distal.
Menurut Anderson & Wilson (2012) Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat di bagi menjadi 2 kategori yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi-komplikasi vaskuler jangka panjang.
a. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi metabolik Diabetes mellitus disebabkan oleh perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi yang paling serius pada diabetes mellitus adalah Ketoasidosis diabetic (DKA), Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemia dan glikosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton (asetoasetat, hidroksibutirat dan aseton) glikkosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan dieresis osmotik dengan hasil ahir dehidrasi dan kehilangan elektrolit, pasien dapat menjadi impotensi dan mengalami syok. Ahirnya akibat penurunan penggunaan oksigen otak , pasien akan mengalami koma dan meninggal.
Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK) adalah komplikasi metabolic akut lain dari sering terjadi pada penderita diabetes tipe II yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin absolute, namun relative, hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih besar dari 600 mg/dl, hiperglikemia menyebabkan hiperosmolalitas, dieresis osmotic dan dehidrasi berat. Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal bila keadaan ini tidak segera di tangani.
Komplikasi lain yang sering dari diabetes mellitus adalah Hipoglikemia (reaksi insulin,syok insulin), terutama komplikasi terapi insulin.
b. Komplikasi Kronik Jangka Panjang
Komplikasi vaskuler jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh-pembulh kecil (mikroangiopati) dan pembuluh-pembulh sedang dan basar (makroangipati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina(retinopati diabetik), glomelurus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer(neuropari diabetik), otot-otot serta kulit.
6. Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA), bahwa terdapat beberapa klasifikasi berdasarkan pengetahuan mutakhir mengenai patogenesis sindrom diabetes dan gangguan toleransi glukosa. Klasifikasi ini telah disahkan World Health Organization (WHO) dan telah dipakai diseluruh dunia. Empat klasifikasi klinis gangguan toleransi glukosa: diabetes melitus tipe 1 dan 2, diabetes gestasional, dan diabetes mellitus tipe lain. Dua kategori lain dari toleransi glukosa abnormal adalah gangguan toleransi glukosa dan gangguan glukosa puasa (Anderson & Wilson, 2012).
a. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe 1 dulu dikenal sebagai tipe juvenile-onset dan tipe dependen insulin; namun, kedua tipe ini dapat muncul pada sembarang usia. Insidens diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam dua subtipe: autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta; dan idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 dulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe nondependen insulin. Insidens diabetes tipe 2 sebesar 650.000 kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini.
c. Diabetes gestasional (GDM)
Diabetes gestasional dikenali pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
d. Diabetes tipe khusus lain
Tipe khusus lain adalah (1) kelainan genetik dalam sel beta seperti yang dikenali pada MODY. Diabetes subtipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resistensi terhadapa insulin. Kelainan genetik telah dikenali dengan baik dalam empat bentuk mutasi dan fenotif yang berbeda (MODY 1,MODY 2, MODY 3, MODY 4); (2) kelainan genetik pada kerja insulin , menyebabkan sindrom resistensi insulin berat dan akantosis negrikans; (3) penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis kronik; (4) penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali; (5) obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta; dan infeksi.
7. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa dalam darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien (Rendi & Margareth, 2012).
Menurut Damayanti (2015), tujuan diet pada diabetes melitus adalah mempertahankan atau mencapai berat badan dalambatas-batas normal atau ± 10% dariberatbadanidaman, mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal, mencegah komplikasi akut dankronik serta meningkatkan kualitas hidup. Penderita diabetes melitus di dalam melaksanakan diet harus memperhatikan (3 J), yaitu: jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan.Komposisi makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat (45-65%), kolestrol(≤3000 m atau 6-7 gr perhari), serat (± 25 g/hr). Jenis buah-buahan yang dianjurkan adalah buah golongan B (salak, tomat, dll) dan tidak dianjurkan golongan A (nangka, durian, dll), sedangkan sayuran yang dianjurkan golongan A (wortel, nangka muda, dll) dan tidak dianjurkan golongan B (taoge, terong, dll).
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus menurut Anderson & Wilson (2012) adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dengan cara :
a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
c. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
d. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
C. Tinjauan Tentang Ganguan Kebutuhan Nutrisi
1. Definisi Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah, 2011 dalam Herlina, 2017).
Menurut Potter dan Perry (2005) dalam (Padang, 2017), nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh yang dikategorikan menjadi enam yakni air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Sedangkan menurut Supariasa (2013), nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy.
Pemenuhan nutrisi merupakan hasil kerja sistem pencernaan yang tak terlepas dari sistem lainya sebagai suatu proses yang saling berkaitan, sistem yang yang dimaksud diantaranya Kardiovaskuler, pernafasan, persyarafan, endokrin dll (Atoilah & Kusnadi, 2013).
2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Menurut Atoilah & Kusnadi (2013), faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada manusia adalah umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, iklim, tinggi dan berat badan.
a. Umur
Kebutuhan nutrisi anak-anak lebih tinggi bila dibandingkan dengan ukuran tubuhnya dari pada orang dewasa. Hal ini dapat dimengerti karena pada usia tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan nutrisi pada seseorang akan semakin naik sesuai umur sampai saat kematangan, lalu akan menurun lagi.
Umur 1-3 tahun |
: 1.200 kal |
Umur 4-6 tahun |
: 1.600 kal |
Umur 7-9 tahun |
: 1.900 kal |
Umur 10-12 tahun |
: 2.300 kal |
Dewasa |
: 2.800 kal. |
b. Jenis Kelamin
Pada laki-laki membutuhkan kalori lebih banyak dari pada perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki mempunyai lebih banyak otot-otot dan aktivitas sehingga BMR nyapun lebih tinggi.
Laki-Laki Remaja |
13-15 tahun |
: 2.800 kal |
|
16-19 tahun |
: 3.000 kal |
Wanita Remaja |
13-16 tahun |
: 2.400 kal |
|
16-19 tahun |
: 2.500 kal |
c. Jenis Pekerjaan
Kebutuhan nutrisi dipengaruhi juga oleh tingkat aktivitas, terutama penggunaan otot untuk memproduksi energi. Wanita hamil dan menyusui membutuhkan tambahan nutrisi untuk pertumbuhan janin dan produksi ASI. Kebutuhan kalori Juru tulis (L) 1.700 kal, perawat (L) 2.000 kal, pembantu rumah tangga 2.400 kal, wanita hamil 2.300 kal, menyusui 2.600 kal, petani 3.000 kal.
d. Iklim
Pada lingkungan (negara) yang beriklim panas kebutuhan kalorinya lebih rendah dibandingkan dengan negara dengan iklim dingin, ini disebabkan pada ligkungan dingin lebih banyak kebutuhan prosuksi panas untuk keseimbangan tubuh. Sedangkan pada iklim panas dibantu dengan suhu lingkungan.
e. Tinggi dan Berat Badan
Seseorang dengan BB dan TB yang besar lebih dari yang lainnya akan membutuhkan energi yang lebih pula untuk menjalankan aktivitasnya.
f. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurag nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat.
Sedangkan menurut Hidayat (2009) dalam Herlina (2017), faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada manusia adalah pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan, dan ekonomi.
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan.Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja.Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik. Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat menyebabkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan dapat terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, para remaja di kota- kota besar di negara kita memiliki kecenderungan menyenangi makanan tertentu secara berlebihan, seperti makanan cepat saji (junkfood), bakso, dll. Makanan-makan ini tentu saja berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
3. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kubutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri dari sistem pencernaan dan organ asesoris (Lusianah, Indaryani, & Suratun, 2012).
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang di antara gusi, bibir, pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami proses mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amilase yang ak an memecah amilum yang terkandung dalam makanan menjadi maltose. Di dalam mulut juga terdapat kelenjer saliva yang menghasilkan saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya amilase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan, serta mengencerkan bolus.
b. Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di
belakang hidung, mulut, dan laring.Faring berbentuk kerucul dengan bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di belakang terkea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang behubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan lambung. Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan dari faring menuju lambung.
c. Lambung
Fungsi lambung yaitu sebagai reservoir untuk menampung makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit dan memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam lambung. Fungsi lambung juga untuk mensekresi pepsin dan HCL yang akan memecah protein menjadi pepton, amilase memecah amilum menjadi maltose, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin. Makanan berada pada lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung yang mengandung 0,4% HCL untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan.
d. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup, kemudian akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 meter pada orang yang telah meninggal.Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorpsi chime dari lambung. Zat-zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus halus, yaitu absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.
e. Usus Besar
Usus besar atau juga disebut kolon merupakan sambungan dari dari usus halus yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki panjang 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden, sigmoid, dan berakhir di rectum yang panjangnya kira-kira 10 cm dari usus besar.Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang lebih 90%) elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Flora yang terdapat dalam usus besar berfungsi untuk mrnyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.
f. Anus
Anus atau dubur adalah penghubung antara rektum dengan lingkungan luar tubuh.Di anus terdapat otot sphinkter yang berfungsi untuk membuka dan menutup anus. Fungsi utama anus adalah sebagai alat pembuangan feses melalui proses defekasi (buang air besar).
g. Hati
Fungsi hati dalam sistem pencernaan adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis bakteri, dan benda asing lainnya, mempreduksi sel darah merah, dan menyimpan glikogen.
h. Kantong Empedu
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu, memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH optimum enzin-enzim pada usus halus, mengemulai garam-garam empedu, mengamulisi lemak, mengekskresi berperan zat yang tak digunakan oleh tubuh dan member warna pada feses.
i. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjer yang struturnya sama seperti kelenjer ludah dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm. pankreas memiliki dua fungsi yaitu fungsi endokrin eksokrin yang dilaksanakan oleh sel sekretori yang membentuk getah pancreas berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yang terbesar di antara alveoli pankreas.
4. Komponen Nutrisi
Makanan yang kita makan pada dasarnya harus mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air (Asmadi, 2008 dalam Herlina 2017).
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan jaringan otot dalam bentuk glokogen.
b. Protein
Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam penyusunan senyawa - senyawa penting seperti enzim, hormon dan antibodi.
c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan jumlah kalori lebih besar dari pada karbohidrat dan protein.
d. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubu dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator.
e. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak menghasilkan energi, tetapi merupakan elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan proses tubuh.
f. Air
Merupakan media transpor nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan sel-sel tubuh.Setiap hati, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum, sdangkan cairan digestif yang diproduksi oleh berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9 liter, sehingga sekitar 10-11 liter cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11 liter cairan yang masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya direabsorbsi. Absorbsi air terjadi pada usus halus dan usus besar (kolon) dan terjadi melalui proses difusi. Jejunum 5-6 liter/hari, ileum 2 liter/hari, dan kolon 1,5 liter/hari.
5. Masalah Kebutuhan Nutrisi
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, kanker, dan anoreksia nervosa (Hidayat, 2009 dalam Herlina 2017).
a. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis:
1) Berat badan 10-20% dibawah normal.
2) Tinggi badan dibawah ideal.
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
5) Adanya penurunan transferin.
Kemungkinan Penyebab:
1) Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker.
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan.
3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit cronik atau intoleransi laktosa.
4) Nafsu makan menurun.
b. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda Klinis:
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal.
2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan Aktivitas menurun atau monoton.
Kemungkinan Penyebab:
1) Perubahan pola makan.
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.
e. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
f. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
g. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan.
h. Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
i. Diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dimasa kini. Jenis rancangan penelitian deskriptif yang dipakai yaitu rancangan penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas atau institusi, meskipun jumlah subjek cendrung sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas (Nursalam, 2015).
Desain penelitian ini adalah studi kasus deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan Tn ”X” kasus diabetes mellitus dengan gangguan kebutuhan nutrisi di Ruangan Mawar lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid .
B. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah pasien Tn ”X” kasus diabetes mellitus dengan gangguan kebutuhan nutrisi di Ruangan Mawar lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid .
C. Fokus studi
Fokus studi pada studi kasus ini adalah diabetes mellitus dengan ganguan kebutuhan nutrisi di Ruangan Mawar lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid .
D. Kerangka konsep
Keterangan
Di jadikan sebagai kasus dalam asuhan gambaran keperawatan diabetes melitus.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian/penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Lembar pedoman wawancara
2. Observasi lansung dengan mengumpulkan data yang meliputi data awal dari RS DR. Tadjuddin Chalid .
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di dilakukan penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Format Panduan Wawancara
Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan format panduan wawancara sebagai instrumen pengumpulan data.
2. Rekam Medis Pasien
Untuk mendapatkan data pasien melalui rekam medik yang merupakan hasil dari pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan pemeriksaan lain.
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
1. Lokasi
Adapaun lokasi dalam penilitian adalah di Ruangan Mawar lantai 2 RS DR. Tadjuddin Chalid .
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2018.
H. Analisis Data dan Penyajian Data
1. Analisa Data
Data yang telah di kumpul dengan secara manual maupun menggunakan bantuan komputer kemudian di narasikan untuk memperoleh gambaran tentang asuhan keperawatan TN ”X” kasus diabetes melitus dengan ganguan kebutuhan nutrisi.
2. Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Penyajian data dalam bentuk narasi dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan analisis dan interpretasi terhadap data hasil penelitian yang didapatkan dilapangan, sehingga dapat dibuat kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan.
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini adalah RS DR. Tadjuddin Chalid . Setelah memperoleh ijin dari instansi tersebut, penelitian dilakukan dengan menekankan masalah etika meliputi :
1. Informend consent
Lembaran persetujuan diberikan kepada setiap calon responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Bila calon responden menolak, maka peneliti tidak dapat memeriksa dan tetap menghormati hak-hak yang bersangkutan.
2. Anonymity
Untuk menjaga kerahasian peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode tertentu.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
Casinos Near Me - CBSDetroit - KCMH
BalasHapus› 동해 출장샵 en-us 상주 출장마사지 › 거제 출장마사지 news › 2021/06 › Casinos › en-us › news 여수 출장샵 › 2021/06 › 경산 출장마사지 Casinos