Senin, 01 Mei 2017

PROPOSAL PENELITIAN FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PENYULUHAN DBD( AIDES AGYPTI) DI RW 8 RT 3 KELURAHAN MANGASA WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGASA KOTA MAKASSAR



BAB I
PENDAHULUAN
A.             Latar Belakang
Indonesia penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai menimbulkan masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada tahun 1968.Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes. Jenis nyamuk penular DBD antara lain Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti (Fathietal., 2008). Ada beberapa faktor yang  mempengaruhi penyebaran dan penularan penyakit DBD yaitu urbanisasi, perkembangan pembangunan di daerah pedesaan, mudahnya transportasi, adanya pemanasan global yang dapat mempengaruhi bionomikvektor Aedes aegypti (Kandun, 2004).
1
 
  Sampai sekarang belum ada vaksin untuk pencegahan penyakit DBD dan belum ada obat-obatan khusus untuk  penyembuhannya, dengan demikian pengendalian DBD tergantung pada pemberantasan nyamuk dan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor (Muhlisin dan Arum, 2006), program Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) salah satunya. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan secara rutin terlebih setiap musim jangkitan DBD, kegiatan lain yang bisa dilakukan yaitu dengan fogging (pengasapan), abatisasi, dan pelaksanaan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) (Nadesul, 2007). Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah dalam rangka pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) hasilnya belum optimal bahkan masih dijumpai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menelan korban jiwa (Nanda, 2008).Pengetahuan masyarakat di Indonesia pada umumnya relatif masih sangat rendah, sehingga perlu dilakukan sosialisasi berulang mengenai pencegahan DBD (Soejono, 2009).Dalam sosialisasi pencegahan DBD, penyuluhan tentang pencegahan DBD harus sering dilakukan agar masyarakat termotivasi untuk ikut berperan serta dalam upaya-upaya pencegahan Demam Berdarah (DB) (Ajeng, 1996).Di RW 8 RT 3 Kelurahan Mangasa Wilayah Kerja Puskesmas merupakan bagian dari Kecamatan Mangasa Kota Makassar. Masyarakat Mangasa didapat data demografi yaitu terdapat 1153 KK dengan jumlah populasi 4755 penduduk (Lampiran 8).Kelurahan Mangasa dalam pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan berbagai macam penyakit sudah cukup baik, terbukti dengan berkurangnya kejadian demam berdarah dari tahun 2008 sebanyak 10 orang yang terjangkit demam berdarah, tahun 2009 terdapat 4 orang yang terjangkit demam berdarah, hingga tahun 2010 tidak terdapat kasus penyakit demam berdarah di desa tersebut (UPTD Puskesmas Kelurahan Mangasa Kota Makassar  II, 2010). Meskipun terjadi penurunan kejadian penyakit demam berdarah di Puskesmas KeluarahMangasa berlangsung 2012 sebanyak 5 orang,2013 sebanyak 3 0rang,2014 6 orang dan 2015 2 orang Kota Makassar, masyarakat harus tetap waspada terhadap gejala dan tanda-tanda penyebaran penyakit DBD. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tingkat pengetahuan sebelum dan setelah pemberian edukasi (penyuluhan) pada masyarakat tentang pencegahan penyakit DBD.Sehingga dengan adanya pemberian edukasi (penyuluhan) masyarakat diharapkan bisa berpartisipasi secara aktif dalam pemberantasan DBD, harapannya dengan peran aktif masyarakat dalam pencegahan demam berdarah dapat meningkatkan kehidupan yang sehat dan bersih dari wabah demam berdarah.
1.   Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue dan terutama menyerang anak–anak dengan ciri–ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi pendarahan dan dapat menimbulkan syok dan kematian (Suharyono, 1978).
a.  Patogenesis
Ada dua perubahan patofisiologis utama yang terjadi pada Demam Berdarah (DBD). Pertama adalah peningkatan permeabilitas vaskular yang meningkatkan kehilangan plasma dari kompartemen  vaskular. Keadaan ini mengakibatkan hemokonsentrasi, tekanan nadi rendah, dan tanda syok lain. Perubahan kedua adalah gangguan pada hemostatis yang mencakup perubahan vaskular, trombositopenia, dan koagulopati (WHO, 1999).
b.         Cara Penularan
  Virus dengue ditularkan dari manusia ke manusia lain oleh nyamuk Aedes yang terinfeksi, terutama Aedes aegyptibetina merupakan faktor endemik yang paling utama. Nyamuk Aedes tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia baik secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang mengalami viremia, atau secara tidak langsung yaitu setelah mengalami masa inkubasi di dalam tubuhnya selama 8-10 hari.Pada manusia diperlukan 4-6 hari sebelum menjadi sakit setelah virus masuk ke dalam tubuhnya.Pada nyamuk, sekali virus dapat masuk ke dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif) (WHO, 1999).Sifat Aedes aegypti yaitu senang tinggal dalam ruangan yang lembab dan gelap, senang hinggap pada benda-benda yang bergantung seperti pakaian.Tempatyang digunakan untuk berkembang biak tempat     penampungan air seperti bak mandi, gentong, drum, juga barang-barang bekas yangterisi air hujan seperti kaleng bekas, botol-botol dan ban-ban bekas yang kesemuanya terisi air (Anonim, 1986).
c.          Gejala klinis
 1). Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus–menerus berlangsung selama 2–7 hari, naik turun (demam bifasik).Kadang–kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 400C dan dapat terjadi kejang demam.Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien seakan sembuh, hati–hati karena fase tersebut sebagai  awal kejadian syok, biasanya pada hariketiga dari demam.
2). Tanda–Tanda Perdarahan Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati, trombositopenia gangguan fungsi trombosit serta koagulasi intravasculer yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti retekia, purpura, ekimosisdan perdarahan conjungtiva.Retekia merupakan tanda perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis.
3). Hepatomegali
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari hanya sekedar diraba sampai 2–4 cm di bawah arcus costa kanan.Derajat hepatomegalitidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.
4). Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi,sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3–7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut (Siregar, 2010). Gejala lainnya yang dapat menyertai ialah : anoreksia, mual, muntah, lemah, sakit perut, diare dan kejang (Fransisca dan Gabriela, 2009).
d.         Klasifikasi Penyakit
         Klasifikasi penyakit menurut tingkat keparahannya sebagai berikut: Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi ialah uji tourniquet positif.
 Derajat II : Seperti derajat I, disertaiperdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
 Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, kulit dingin atau lembab dan penderita tampak gelisah. Derajat IV : Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur (WHO, 1999).
         e.Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode yang tepat yaitu:
1).    Lingkungan
      Pengendalian nyamuk Aedes aegypti antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah sebagai contoh :
a.    Menguras bak mandi atau tempat penampungan air sekurang kurangnya sekali seminggu.
b.   Mengganti atau menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
c.  Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
d.   Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas, dan ban bekas di sekitar rumah.
2). Biologis, pengendalian ini yaitu dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu, ikan cupang).
        3).   Kimiawi
          Cara pengendalian ini antara lain dengan :
a.       Pengasapan/ fogging (dengan menggunakan malathiondanfenthion), berguna  untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
b.   Memberi bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi, gentong, vas bunga. Cara yang paling efektif untuk pencegahan penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus“ yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menaburlarvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, sesuai dengan kondisi setempat (Kristina et al., 2008).
4). Edukasi
Edukasi merupakan salah satu bagiandari promosi kesehatan.Promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku saja, tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut.Promosi kesehatan lebih menekan kemampuan hidup sehat, bukan sekedar berperilaku sehat. Hal ini sesuai dengan (Parker, 2009) bahwa promosi kesehatan sebagai proses memampukan masyarakat dalam memelihara serta meningkatkan kesehatannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan upayayang dilakukan terhadap masyarakat untuk mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan dirinya sendiri.
Upaya intervensi terhadap perilaku supaya hasilnya langgeng dapat dilakukan melalui pendekatan edukasi (Pendidikan) (Parker, 2009).
         Kesehatan Masyarakat Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk :
1.   Perbaikan sanitasi lingkungan
2.   Pembersihan penyakit-penyakit menular
3.   Pendidikan untuk kebersihan perorangan
4.   Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini serta pengobatan adalah :
a. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
b. Kesehatan Lingkungan
                          Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap wujudnya status kesehatan yang optimum pula.Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia supaya terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya. Usaha memperbaiki kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat,dari yang sederhana sampai yang paling modern sesuai dengan kemampuan masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
c.     Usaha-usaha dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan Usaha-usaha kesehatan ditujukan untuk mengendalikan faktor yang mempengaruhi kesehatan tersebut sehingga manusia tetap dapat hidup sehat.
d.   Faktor penyebab penyakit
                          Memberantas sumber penularan penyakit, baik dengan mengobati penderita ataupun carrier(pembawa basil) maupun dengan meniadakan reservoir penyakitnya.
e.    Mencegah terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di   tempat kerja.
f.     Meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga mereka dapat memperbaiki dan memelihara kesehatannya.
g.   Mencegah terjadinya penyakit keturunan yang disebabkan faktor endogen.
h.   Faktor manusia, mempertinggi daya tahan tubuh manusia dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan.
Faktor lingkungan, mengubah atau mempengaruhi lingkungan hidup, sehingga faktor-faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia (Entjang, 2008).
f.    Penyuluhan Kesehatan
       Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara    menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Effendy, 2006).
1.         Tujuan penyuluhan
        Penyuluhan kesehatan mempunyai beberapa tujuan yaitu :
a.          Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya  mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
b.         Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
c.          Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
2.         Sasaran penyuluhan
Sasaran penyuluhan kesehatan adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang dijadikan subjek dan objek perubahan perilaku, sehingga diharapkan dapat memahami, menghayati dan mengaplikasikan cara-cara hidup sehat dan kehidupan sehari-harinya. Banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan, diantaranya adalah :
a.          Tingkat pendidikan
b.         Tingkat sosial ekonomi
c.          Adat istiadat
d.         Kepercayaan masyarakat
e.          Ketersediaan waktu dari masyarakat.
3.         Metode dalam melakukan penyuluhan
4.         Metode pembelajaran dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan ada beberapa macam disesuaikan dengan keadaan dan kondisi pesertanya. Beberapa metode pendidikan yang dapat digunakan diantaranya :
a.          Metode pendidikan individual
(1)   Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
(2) Wawancara (interview)
b.         Metode Penyuluhan kelompok besar
Yang dimaksud kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang dari jumlah metodepembelajaran yang ada, berikut ini adalah beberapa contoh metode, yaitu1) Ceramah, 2) Demonstrasi, 3) Diskusi, 4) Setimulasi, 5) Sumbang saran. Setiap pendekatan dan metode, memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing,
sehingga apabila akan menerapkannya, haruslah disesuaikan dengan kondisi peserta yang akan terlibat di dalam proses pembelajaran tersebut (Soeprapto, 2003).




B.        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan peneliti di atas maka dapat di susun rumusan masalah sebagai berikut :
1.         Apakah pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat rw 8 rt 3 kelurahan mangasa kota Makassar terhadap penyuluhan tentang pencegahan DBD ( aidesagypti ) ?
2.         Apakah pemahaman dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat rw 8 rt 3 kelurahan mangasa kota Makassar terhadap penyuluhan  DBD ( aides agypti )  ?
3.         Apakah sikap dapat mempengaruhi  tingkat pengetahuan masyarakat rw 8 rt 3 kelurahan mangasa kota Makassar tehadap penyuluhan  DBD ( aides agypti )  ?
C.       Tujuan Penelitian
1.         Tujuan umum
Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyuluhan DBD ( aidesagypti ) di wilayah kerja puskesmas mangasa kecamatan tamalate kota makassar.

2.         Tujuan Khusus

a.       Untuk mengetahui pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyuluhan DBD ( aidesagypti ) di wilayah kerja puskesmas mangasa kecamatan tamalate kota Makassar.

b. Untuk mengetahui pemahaman dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyuluhan DBD ( aidesagypti ) di wilayah kerja puskesmas mangasa kecamatan tamalate kota Makassar.

c.          Untuk mengetahui sikap dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyuluhan DBD ( aidesagypti ) di wilayah kerja puskesmas mangasa kecamatan tamalate kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian          
                Adapun manfaat yang di harapkan penelitian ini adalah :
1.         Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Kebersihan Lingkungan dengan Upaya Pencegahan DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas mangasakacamatantamalatekota Makassar.
2.         Bagi lahan atau tempat penelitian.
Sebagai bahan dan data tentang hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan dalam upaya pencegahan DBD.
3.         Bagi institusi pendidikan
       Sebagai bahan informasi untuk menyembangkan ilmu pengetahuan khususnya      masalah pencegahan DBD ( aidesagypti )
4.         Bagi peneliti seterusnya
Sebagai dasar atau kajian awal bagi peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama sehingga mereka memiliki landasan dan alur yang jelas.
5.         Bagi peneliti yang akan datang
    Hasil penelitian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan   kususnyailmu keperawatan untuk dapat diteliti lebih lanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGARUH REKRUTMEN, SELEKSI DAN PENEMPATAN KERJA TERHADAP KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN (TENDIK) NON-PNS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubunga...