Senin, 01 Mei 2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENDEKATAN ILMIAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI



BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa berfungsi meningkatkan keterampilan berbahasa, meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar, serta meningkatkan daya intelektual. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki peran sangat penting dalam dunia pendidikan. Menulis melibatkan berbagai aspek kebahasaan yang meliputi: penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi, penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengolahan gagasan, dan pengembangan model karangan (Ibrahim dkk, 2012: 36).
1
Pembelajaran menulis merupakan salah satu dari  empat  keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan itu menjadi wadah untuk menyampaikan  pikiran,  gagasan, dan pendapat sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa. Setiap keterampilan itu berhubungan erat dengan keterampilan lainnya. Dalam memeroleh keterampilan berbahasa, biasanya setiap orang melalui suatu hubungan yang teratur yaitu pada masa kecilnya belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara. Membaca dan menulis diperoleh setelah anak memasuki lembaga pendidikan formal  (Tarigan,1986: 1).
Keterampilan menulis membutuhkan ketekunan dan kreativitas. Siswa dituntut menemukan ide dan merangkai kata untuk menghasilkan tulisan yang baik. Dilihat dari fungsinya, kegiatan menulis juga memiliki beberapa manfaat seperti yang diungkapkan oleh Akhadiah, dkk (1989: 1-3), yaitu dapat menambah wawasan mengenai suatu topik karena penulis mencari sumber informasi tentang topik tersebut, sarana mengembangkan daya pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta, menghubungkannya, kemudian menarik kesimpulan. Hal ini dikarenakan keterampilan menulis bertujuan untuk melatih siswa dalam mengembangkan ide dan menyusunnya menjadi tulisan yang lebih rinci agar mudah dipahami oleh pembaca. Begitu pula dalam menyusun teks eksposisi, pada dasarnya teks eksposisi merupakan teks yang disusun untukmemberikan pengetahuan maupun informasi kepada orang lain agar bertambah pengetahuannya.
Keterampilan menulis bukanlah semata-mata milik seseorang yang memiliki bakat menulis, melainkan dengan latihan yang sungguh-sungguh. Keterampilan menulis dapat dimiliki oleh siapa saja (Akhdiah dkk, 2012: 2). Seperti keterampilan lainnya, jika tidak diasah keterampilan menulis pun akan hilang. Oleh karena itu, diperlukan ketekunan dalam berlatih menulis.
Pendekatan ilmiah/saintifik dipandang cocok untuk meningkatkan kemampuan menulis dikarenakan pendekatan tersebut memiliki langkah-langkah pembelajaran secara alamiah dan jelas. Langkah-langkah yang biasa digunakan dalam pembelajaran untuk peningkatan kemampuan menulis dengan menggunakan pendekatan ilmiah/saintifik dalam penelitian ini dijelaskan langkah-langkah sebagai berikut :  Pertama mengamati, dalam hal ini, peserta didik mengamati contoh tulisan. Kedua menanya, dalam hal ini peserta didik menanya tentang materi menulis yang diamati. Ketiga mengasosiasi, hal ini dilakukan agar peserta didik dapat memadukan pengetahuannya dengan lingkungannya dan lain-lain. Keempat, mencoba agar peserta didik dapat menuliskan gagasan-gagasannya dalam bentuk tulisan. Kelima, menginformasikan atau mempublikasikan hasilnya dengan cara membacakan di depan kelas atau dengan cara lainnya (Kemdikbud, 2013: 153). Peserta didik diarahkan untuk dapat melaksanakan lima kegiatan pendekatan tersebut.
Dewasa ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pembelajaran keterampilan menulis. Meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang memengaruhi ketidak mampuan siswa dalam menulis, namun diakui bahwa peranan guru sangat menentukan. Kenyataan dewasa ini adalah pembelajaran keterampilan menulis yang banyak diterapkan di sekolah adalah pendekatan tradisional yakni bagaimana mengajar siswa menulis secara langsung dengan memberikan judul, tema, atau topik tertentu. Siswa disuruh mengembangkan kerangka dengan penekanan pada aspek hasil tulisan.
Akhadiah (1996) menegaskan pula bahwa tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Hal yang dikemukakan di atas memang benar adanya, menulis itu tidak sesederhana yang dibayangkan karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi, yakni bahwa tulisan yang baik itu harus memperhatikan beberapa ciri, diantaranya bermakna, singkat, padat, jelas, lugas, memenuhi kaidah kebahasaan, dan komunikatif. Begitu juga dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi yang merupakan salah satu materi yang terdapat dalam kurikulum 2013 kelas VII. Seperti halnya menulis lainnya, menulis eksposisi juga tidak mudah, memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan latihan yang terus-menerus. Demikian juga dengan penggunaan metode maupun media pembelajarannya harus diperhatikan, supaya mempermudah dan lebih memotivasi siswa untuk menulis eksposisi.
Berdasarkan observasi terhadap siswa kelas VII SMP Negeri dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih belum mampu menulis eksposisi dengan baik. Dari hasil wawancara dengan siswa kelas VII yang pernah mendapat pelajaran menulis eksposisi, ternyata banyak siswa yang mengeluh jika pelajaran sampai pada pokok bahasan pembelajaran menulis. Mereka merasa belum mampu menyusun dan membuat tulisan khususnya menulis eksposisi yang baik dan benar, sistematika penulisan sering terbalik dan kurang logis, bahasanya belum efektif, serta ketidakefetifan kalimat, ketidaktepatan penggunaan tanda baca dan ejaan masih rawan. Hal ini disebabkan siswa mengalami beberapa kesulitan dalam menulis eksposisi, diantaranya kesulitan menuangkan ide, terbatasnya kosakata, terbatasnya pengetahuan, dan pengalaman siswa.  Kesalahan tersebut sukar sekali diperbaiki walaupun sudah diingatkan berkali-kali.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diketahui bahwa kesulitan belajar siswa kelas VII SMP Negeri  ditandai dengan berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran. Untuk dapat memberikan hasil yang diharapkan peneliti menggunakan pendekatan ilmiah untuk meningkatkan keterampilan menulis eksposisi siswa kelas VII SMP Negeri.

A.      Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut:



1.    Kegiatan menulis di sekolah belum mendapat perhatian cukup dari siswa.
2.    Motivasi siswa terhadap menulis masih rendah, karena siswa beranggapan bahwa menulis adalah kegiatan yang sulit dibandingkan empat keterampilan berbahasa yang lain.
3.    Siswa kesulitan menemukan dan menuangkan ide dalam pembelajaran menulis.
4.    Model pembelajaran yang digunakan kurang menarik sehingga diperlukan model pembelajaran yang lebih menarik untuk meningkatkan minat siswa  dalam menulis eksposisi.
5.    Media yang digunakan kurang menarik perhatian siswa.

B.       Batasan Masalah
Identifikasi masalah di atas bervariasi sehingga perlu dilakukan pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan pendekatan ilmiah untuk meningkatkan Keterampilan Menulis Eksposisi Siswa Kelas VII SMP Negeri.

C.      Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah upaya peningkatan keterampilan menulis eksposisi melalui pendekatan ilmiah pada siswa kelas VII SMP Negeri ?.




D.      Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis eksposisi melalui pendekatan pada siswa kelas VII.5 SMP Negeri 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

E.       Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara paraktis dan teoretis.
1.    Secara Praktis
a.    Bagi Siswa
Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan prestasi belajar, khususnya menulis eksposisi. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis.
b.    Bagi Guru
Bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan guru dalam mengajarkan menulis eksposisi di sekolah. Melalui pendekatan ilmiah yang sudah diterapkan ini, guru akan memiliki pengalaman mengajar yang baru.
2.    Secara Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pembelajaran keterampilan berbahasa khususnya pembelajaran keterampilan menulis eksposisi melalui pendekatan ilmiah saintifik. Pendekatan ini dapat digunakan dalam pembelajaran menulis eksposisi.
F.       Batasan Istilah
1.     Menulis Eksposisi
Menulis eksposisi adalah kemampuan siswa dalam menuangkan ide ke dalam tulisan yang bertujuan untuk memberikan penjelasan selengkap-lengkapnya kepada pembaca mengenai suatu hal agar pembaca menjadi bertambah pengetahuannya.
2.    Pendekatan ilmiah/ saintifik
Pendekatan ilmiah/saintifik adalah pendekatan yang bersifat empirik yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol agar peserta didik aktif dalam pembelajaran yang dimulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan data atau informasi dari mana saja dan kapan saja, menganalisis, menyimpulkan, dan menyajikan atau melaporkan.









BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS



A.      Kajian Teori
Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu dari empat keterampilan berbahasa yakni menulis yang merupakan suatu keterampilan penting dalam hal kemampuan berbahasa seseorang. Menulis juga merupakan suatu bentuk komunikasi yang tidak langsung untuk menyampaikan gagasan penulis kepada pembaca dengan menggunakan media bahasa.
1.      Penelitian yang Relevan
Mardiati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Petunjuk dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry Siswa Kelas VIII SMP Makassar Raya Makassar Tahun ajaran 2008-2009” menyimpulkan bahwa penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis petunjuk. Skor rata-rata sebelum dilakukan tindakan sebesar 46,77. Pada siklus I  terjadi peningkatan sebesar 10,23% dengan nilai rata-rata sebesar 60,48 atau 13,17% pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 10,23% dengan nilai rata-rata sebesar 70,71. Peningkatan kemampuan menulis petunjuk siswa ini diikuti pula dengan perubahan perilaku siswa dari perilaku negatif menjadi perilaku positif.

2.    Hakikat Menulis
Menurut Tarigan (1984:3),  menulis pada hakikatnya adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif.  Selain itu, Tarigan (1993:21) juga menambahkan pengertian menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Akhadiah dkk. (1996:2) menyatakan bahwa “kegiatan menulis ialah suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa melakukan kegiatan ini dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, penulisan, dan tahap revisi”.
Menurut Mulyati (1999:2,44) bahwa menulis pada hakikatnya menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan). Gagasan atau pesan yang akan disampaikan bergantung pada perkembangan dan tingkat pengetahuan serta daya nalar siswa.
Seorang penulis harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, wawasan, agama, serba-serbi kehidupan dan kecakapan menulis yang akan disuguhkan kepada khayalak pembaca. Dengan demikian, pembaca dapt menemukan kebutuhan wawasan yang dapat membantu kelancaran dalam kehidupannya secara nyaman dan enak dicerna. (Munirah, 2015:1).
9
Fungsi utama menulis adalah alat komunikasi yang tidak langsung. Pada prisnsipnya tujuan menulis yang paling utama adalah penulis dapat menyampaikan pesan yang berupa perasaan dan pikiran pada pembaca, sehingga pembaca memahami maksud penulis yang dituangkan dalam wujud tulisan.
Menurut Hayon dalam Munirah (2015:1), menulis adalah segala kegiatan yang berkaitan perihal menulis. Menulis ada hubungannya dengan orang yang menulis, bahan yang ditulis dan masyarakat sebagai sasaran pembaca. Itulah dunia kepenulisn yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Dalam dunia pendidikan, kegiatan menulis sangat penting dalam melatih seseorang (anak didik) menuangkan dan mengembangkan ide, pengalaman, serta kemampuan berpikirnya kedalam bentuk tulisan (Munirah, 2015:3).
   Hal ini berbeda dengan Nurhadi (1990:343) bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu berbahasa yang paling tinggi tingkatannya. Menulis adalah suatu proses penuangan ide atau gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa rangkaian simbol-simbol bahasa (huruf).
3.    Pengertian Menulis
Menulis yang dimaksud di sini tentu saja bukan hanya sekedar menuliskan huruf-huruf di atas kertas, akan tetapi menulis dalam arti luas. Berikut ini pengertian menulis menurut beberapa para ahli.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 1497) mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Melalui kegiatan menulis, seseorang dapat menuangkan ide-idenya atau meluapkan isi perasaanya. Dengan demikian, menulis merupakan suatu cara mengekspresikan pikiran atau perasaan dalam bentuk tulisan.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis pada dasarnya suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Munirah, 2015: 4). Menurut Tarigan dalam Munirah (2008: 22) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca .lambang-lambang grafik.
Menulis juga merupakan aktifitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujutnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga merupakan suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca .(Munirah, 2015: 4-5).
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu bentuk komunikasi yang tidak langsung untuk menyampaikan gagasan penulis kepada pembaca dengan menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya. Tulisan yang bermutu selalu berpangkal pada pemikiran yang tepat dan jelas, hal itu akan tercermin dalam isi, pemilihan kata dan tata susunan dari seluruh uraian tersebut.
Seorang penulis yang baik harus selalu menentukan maksud dan tujuan penulisannya, agar pembaca memahami ke mana arah tujuan tulisan tersebut. Selain itu ada faktor yaitu waktu dan kesempatan, artinya tulisan yang dibuat harus sesuai dengan berlangsungnya suatu kejadian sehingga menarik untuk dibaca. Kegiatan menulis memerlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan yang logis dengan menggunakan kosakatan dan tata bahasa tertentu atau kaidah bahasa yang jelas, runtut. Yang sehingga dapat menggambarkan atau dapat menyajikan informasi yang diekspresikan dengan jelas.
4.    Proses Persiapan Menulis
Tahap persiapan dalam proses menulis tidaklah terjadi begitu saja tetapi  meliputi beberapa tahap, antara lain: penentuan sikap awal yang baik, penentuan topik dan sikap yang menyertainya, persiapan awal berupa pengumpulan materi dan pengumpulan ide. Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap persiapan penulisan, antara lain:
a.    Memilih topik tulisan.
b.   Menuliskan judul tulisan.
c.    Judul penulisan.
d.   Menentukan bahan penulisan.
e.    Membuat kerangka tulisan.
        Sehubungan dengan kegunaan tugas atau kegiatan menulis perlu diingat bahwa banyak keuntungan yang dapat di petik dari pelaksanaan kegiatan tersebut sebagai berikut: (1) dengan menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi  untuk mengetahui pengetahuan tentang suatu topik perlu berpikir, dan menggali pengetahuan dan pengalaman yang kadang tersimpan di alam bawa sadar, (2) menghubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah dilakukan jika tidak menulis. (3) kegiatan menulis memaksa untuk lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis dengan demikian kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoritis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan. (4) menulis berarti mengorganisasi gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersirat, (5) melalui tulisan akan dapat meninjau serta menilai gagasan sendiri secara lebih objektif.
5.    Penilaian Tulisan
Nurgiyantoro (2009: 305) mengemukakan bahwa penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa bersifat holistik, impresif, dan selintas. Senilaian tersebut bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara sepintas. Berikut ini beberapa kriteria penilaian karangan:
a.    Kualitas dan ruang lingkup isi.
b.    Organisasi dan penyajian isi.
c.    Komposisi.
d.   Kohesi dan koherensi.
e.    Gaya dan bentuk bahasa.
f.     Mekanik: tata bahasa, ejaan, dan tanda baca.
g.    Kerapina tulisan dan kebersihan.
h.    Respon afektif pengajar terhadap karya tulis.
Omaggio (dalam Tayeb, 2006: 15–16) mengemukakan kriteria penilaian holistik pada aspek kemampuan menulis yang umum dikenal dalam pembelajaran menulis Bahasa Indonesia adalah: (1) isi karangan; (2) organisasi karangan; (3) penggunaan bahasa (kalimat efektif); (4) pilihan kata; dan (5) ejaan dan tanda baca.
6.    Tujuan Menulis
Berdasarkan definisi menulis yang telah dikemukakan diatas, terlihat bahwa sebenarnya menulis sebagai alat komunikasi tidak langsung. Dengan kata lain tulisan berperan sebagai media penyampaian pesan dari penulis kepada pembaca. Selain itu, tulisan harus disusun dengan sistem tulisan, struktur bahasa dan kosakata sama-sama dapat dipahami oleh penulis dan pembaca, agar pesan yang ingin disampaikan penulis dapat diterjemahkan dan dipahami maksudnya oleh pembaca.
Salah satu aspek pengajaran keterampilan berbahasa adalah keterampilanmenulis. Menulis berkaitan erat dengan tujuan pengajaran bahasa Indonesia itusendiri dan meliputi tiga aspek yaitu. (1) tujuan pengajaran yang berkaitan denganpembinaan sikap positif terhadap bahasa Indoneia, (2) tujuan pengajaran yang berkaitan dengan pembinaan pengetahuan tentang segi, makna, dan fungsi bahasa Indonesia, serta (3) tujuan pengajaran yang berkaitan dengan pembinaankemampuan penggunaan bahasa Indonesia.
Hal itu berarti bahwa membina siswa mampu atau terampil di dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berbagai peristiwakomunikasi, karena menulis meningkatkan pembelajaran. Sehubungan dengan ini, Arikunto (1998: 27) menyatakan bahwa kemampuan menulis yang merupakan keterampilan berbahasa produktif lisan melibatkan aspek penggunaan ejaan, kemampuan penggunaan diksi kosakata, kemampuan penggunaan kalimat penggunaan jenis komposisi (gaya penulisan, penentuan ide, pengolahan ide, danpengorganisasian ide). Kesemua aspek itulah yang diukur dalam kemampuanmenulis. Demikian pula, Syafi’ie (2001: 56) menyatakan bahwa tujuan pengajaran keterampilan menulis berkaitan erat dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi tulis.
Hugo Hartig (dalam Taringan 1984) membagai tujuan penulisan, diantaranya sebagai berikut;
a.    Tujuan penugasan. Pada tujuan ini, penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan karena kemauan sendiri. Misalnya: Siswa ditugaskan merangkum, sekretaris, dan lain-lain.
b.    Tujuan altruistik. Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan serta ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dari hasil karyanya.
c.    Tujuan persuasif. Penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan gagasan dan kebenaran yang diutarakan.
d.   Tujuan penerangan. Penulis bertujuan memberikan informasi atau keterangan kepada pembaca.
e.    Tujuan pernyataan diri. Penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri kepada pembaca melalui tulisannya agar pembaca dapat memahami sang penulis.
f.     Tujuan kreatif. Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai artistik atau nilai kesenian. Penulis tidak hanya memberikan informasi tetapi pembaca terharu tentang hal yang dibacanya.
g.    Tujuan pemecahan masalah. Penulis bertujuan ingin memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Penulis berusaha memberikan penjelasan kepada pembaca tentang cara pemecahan suatu masalah.
Berdasarkan tujuan penulisan, sangat jelas menulis adalah hal yang sangat komplek karena selain harus mengemukakan gagasan atau ide dengan jelas, juga harus menerapkan kaidah bahasa tulis yang dimaksudkan adalah dapat menata organisasi karangan menggunakan ejaan. Semua aspek tersebut diperlukan didalam kegiatan tulis menulis dengan berbagai tujuan. (Munirah, 2015: 7).



7.    Fungsi Menulis
Prinsipnya fungsi utama dari menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Juga dapat menolong kita berpikir secara kritis. Jugadapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Menulis dapat membantu kitamenjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual. (Tarigan, 1983:22).
Keuntungan yang dapat kita petik dari kegiatan menulis, yaitu: 1) dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Kita mengetahui sampai di mana pengetahuan kita tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu kita terpaksaberpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang kadang tersimpan di alambawah sadar, 2) melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan. Kita terpaksa bernalar menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan jika kitatidak menulis, 3) kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis.
Dengan demikian kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoretis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan, 4) menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, kita dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar bagi diri kita sendiri, 5) melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif, 6) dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret, 7) tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif. Kita harus menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain, 8) kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.
Kegiatan menulis suatu karangan bentuk apapun, dari karangan khayali, tulisan ilmiah, laporan perjalanan sampai ulasan peristiwa, tidak hanya bermanfaat, melainkan juga sungguh mempesonakan dan menggairahkan bagi penulisnya. Kegiatan seseorang mengarang, apalagi yang telah menjadi pengarang mahir, menimbulkan berbagai nilai. Nilai adalah sesuatu keberhargaan yang timbul dari kegiatan, pengalaman, dan  benda yang dihasilkan perbuatan seseorang.
Menghasilkan sekurang-kurangnya enam jenis nilai. Nilai kecerdasan, maksudnya yaitu dengan sering menulis yang antara lain berupa menghubungkan buah-buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan rangka uraian yang sistematis dan logis, serta menimbang-nimbang sesuatu kata yang tepat, seseorang akan senantiasa bertambah daya pikirnya, kemampuan khayalnya sampai tingkat kecerdasannya.  Nilai kependidikan, maksudnya yaitu seorang pemula yang terus menulis walaupun naskahnya belum berhasil diterbitkan atau tulisannya berkali-kali ditolak sesungguhnya melatih diri menjadi tabah, ulet, dan tekun sehingga akhirnya pada suatu hari mencapai keberhasilan. Setelah menjadi pengarang yang berhasil, bilamana seseorang terus menghasilkan karya tulis, ini berarti ia dapat memelihara ketekunan kerja dan senantiasaberusaha memajukan diri. Itu semua merupakan nilai pendidikan yang sukar diperoleh dari bangku sekolah manapun. Nilai kejiwaan, maksudnya yaitu karena keuletan yang terus-menerus dalam menulis pada akhirnya tulisan dapat dimuat dalam majalah terkenal atau diterbitkan sebagai buku olehpenerbit besar, lahirlah pada diri penulisnya kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kebanggaan pribadi, dan kepercayaan diri. Semua ini dapat menjadi pendorong untuk lebih gairah berkarya dan mencapai kemajuan terus. Nilai kemasyarakatan, maksudnya yaitu seorang pengarang yang telah berhasil dengan karya-karya tulisnya biasanya memperoleh penghargaan dalam masyarakat, paling tidak namanya dikenal oleh para penerbit, pengusaha toko buku, dan sidang pembaca tertentu. Kadang-kadang ia menerima pula surat-surat penghargaan dari orang-orang yang merasa memperoleh banyak manfaat dari tulisannya. Nilai keuangan, maksudnya yaitu tentu saja jerih payah seorang penulis yang berhasil akan menerima imbalan uang dari pihak yang menerbitkan karyanya. Makin maju suatu negara, makin cerah masa depan para penulisnya, karena lebih banyak orang yang mau membaca dan mampu membeli bacaan. Nilai kefilsafatan, maksudnya yaitu salah satu gagasan besar yang digumuli para ahli pikir sejak dahulu ialah keabadian. Jasad orang-orang arif tidak pernah abadi, tetapi buah-buah pikiran mereka kekal karena diabadikan melalui karangan yang ditulis.

8.    Eksposisi (Pemaparan)
Menurut Syafi’ie (dalam Munirah 2015: 10), menyatakan bahwa eksposisi adalah wacana berusaha atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca. Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur. Logis dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan suatu ide, istilah, masalah, proses, unsure-unsur sesuatu, hubungan sebab akibat, dan sebagainya. Wacana ini dapat menjelaskan atau memberikan keterangan, serta dapat mengembangkan gagasan agar menjadi luas dan mudah dimengerti. (Munirah, 2015: 11).
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan suatu fakta atau kejadian, menerangkan, menjelaskan, atau memaparkan sebuah benda, gagasan, atau ide. Untuk memperjelas paparan, karangan atau paragraf eksposisi disertai data, seperti grafik, gambar, data statistic, contoh, denah, diagram, dan peta. (Finoja, dalam Munirah, 2015: 149).
Menurut Wahid dan Juanda (2006 : 58) menyatakan bahwa wacana eksposisi adalah rangkaian tuturan yang memaparkan suatu pokok pikiran. Pokok-pokok pikiran itu lebih dijelaskan lagi dengan cara mengungkapkan uraian bagian-bagian atau detail-detailnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini adalah tercapainya tingkat pemahaman suatu agar lebih jelas, mendalam dan lebih luas dari sekedar pernyataan yang bersifat global atau umum. Wacana eksposisi kadang-kadang berbentuk ilustrasi dengan contoh berbentuk uraian kronologis, berbentuk perbandingan dan juga berbentuk ciri (identifikasi) dengan orientasi pada materi bukan pada tokohnya.
Parera (1993: 5) mengemukakan bahwa “seorang pengarang eksposisi akan mengatakan, saya akan menceritakan kepada kalian semua kejadian dan peristiwa ini dan menjelaskan agar Anda dapat memahaminya”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menulis karangan eksposisi, penulis harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang objek yang akan digarapnya. Oleh karena itu seorang penulis harus memperluas pengetahuan dengan berbagai cara seperti membaca referensi yang berkaitan dengan masalah yang dikaji melakukan penelitian, misalnya wawancara, merekam pembicaraan orang, mengedarkan angket, melakukan pengamatan terhadap objek dan sebagainya.
Bentuk wacana eksposisi beragam antara lain : buku teks, laporan, buku resensi dan artikel-artikel dalam majalah. Pokoknya semua uraian yang menjawab pertanyaan (apa, mengapa, darimana, dan bagaimaa) merupakan dan menjadi eksposisi.
9.    Tujuan Karangan Eksposisi
Nursisto (2000: 41) mengemukakan bahwa tujuan eksposisi adalah menjelaskan, menerangkan sesuatu atau memberikan informasi kepada pembaca sehingga memperoleh informasi sejelas-jelasnya. Parera, dkk (2000:22) mengatakan bahwa eksposis betujuan memaparkan dan memberikan informasi apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca agar pembaca mengetahuinya.
10.     Langkah-Langkah  Menyusun Karangan Eksposisi
Langkah-langkah menyusun karangan eksposisi yaitu:
a.    Menentukan topik.
b.    Menentukan tujuan.
c.    Memilih data.
d.   Membuat kerangka sesuai dengan topic.
e.    Mengembangkan kerangka atau menulis paragraf.
f.     Menyunting paragraf.

11.     Ciri-Ciri Karangan Eksposisi
Ciri-ciri  paragraf eksposisi, antara lain adalah :
a.    Berusaha menjelaskan tentang sesuatu.
b.    Gaya tulisan bersifat informative.
c.    Fakta dipakai sebagai alat kontribusi.
d.   Fakta dipakai sebagai alat konkritasi.
Menurut Hasani (2005 : 31), ciri-ciri karangan eksposisi yaitu:
a.    Penjelasannya bersifat informative.
b.    Pembahasan masalahnya bersifat objektif.
c.    Penjelasannya disertakan dengan bentuk-bentuk yang konkret (tidak mengada-ada).
d.   Pembahasannya bersifat logis atau sesuai dengan penalaran.
Menurut Keraf (1984:  4), ciri-ciri wacana eksposisi yaitu:
a.    Tujuan maupun gaya tulisannya bersifat informative.
b.    Keputusan bersifat objektif.
c.    Bahasa dalam pembahasannya bersifat logis.
12.     Pendekatan Ilmiah/Saintifik
Pendekatan ilmiah/saintifik adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), mengajukan dan menemukan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Daryanto, 2014: 51).
Pendekatan ilmiah/saintifik dapat dimaknai pendekatan yang bersifat empirik yang dilakukan secara sistematis, terkontrol, dan kritis, yang dimulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan data atau informasi, menganalisis, menghubungkan, sampai pada tahap penyajian atau pelaporan (Mahsun, 2014: 123).
Pendekatan ilmiah/saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi dapat berasal dari mana saja, kapan saja, tidak hanya bergantung pada pendidik (Hosnan, 2014: 34).
Berdasarkan pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan yang bersifat empirik yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol agar peserta didik aktif dalam pembelajaran yang dimulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan data atau informasi dari mana saja dan kapan saja, menganalisis, menyimpulkan, dan menyajikan atau melaporkan.
13.     Prinsip Pendekatan Ilmiah/Saintifik
Beberapa prinsip pendekatan ilmiah/saintifik dalam pembelajaran menurut Hosnan (2014: 37). Prinsip pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/saintifik yang pertama, pembelajaran berpusat pada peserta didik. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/saintifik yang kedua, membentuk students self concept. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/saintifik yang ketiga, pembelajaran terhindar dari verbalisme. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/saintifik yang keempat, pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/saintifik yang kelima, pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang keenam, meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan motivasi mengajar pendidik. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang ketujuh, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang kedelapan, adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.
14.     Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Melalui Pendekatan Saintifik
Adapun langkah-langkah pembelajaran menulis melalui pendekatan ilmiah/saintifik menurut Mahsun, 2014:128) sebagai berikut:
a.    Tahap penggumpulan data yang mencakup kegiatan mengamati, menanya, mencoba, pustaka, dan intropeksi.
b.    Tahap analisis data yang meliputi kegiatan mengubah data/informasi menjadi rumusan verbal/kalimat tunggal.
c.    Tahap menyajikan hasil analisis meliputi kegiatan menulis jenis teks tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran menulis melalui pendekatan ilmiah/saintifik sebagai berikut ini. Tahap pembelajaran menulis yang pertama, pramenulis yang mencakup kegiatan menentukan dan membatasi topik tulisan, merumuskan tujuan, menentukan materi penulisan, dan menyusun kerangka (rancang bangun) tulisan. Tahap pramenulis ini, dimulai dari penggumpulan data yang mencakup kegiatan mengamati, menanya, mencoba, pustaka, dan intropeksi. Tahap pembelajaran menulis yang kedua, penulisan. Tahap penulisan ini kita membahas setiap butir (Helmawati, dkk 2015:4).
B.       Kerangka Pikir
Dalam proses belajar mengajar bahasa indonesia, empat keterampilan yang menjadi tujuan untuk dikuasai siswa. Keempat keterampilan tersebut adalah aspek mendengarkan, aspek membaca, aspek berbicara, dan aspek menulis.
Penelitian ini difokuskan pada aspek keterampilan menulis yaitu menulis eksposisi melalui pendekatan ilmiah. Menulis eksposisi memerlukan aktivitas berpikir secara sistematis dan logis untuk menggambarkan objek secara rinci dan jelas agar dapat dipahami oleh pembaca. Pembelajaran menulis karangan eksposisi merupakan kegiatan keterampilan menulis. Untuk itu, diperlukan pendekatan dan metode pembelajaran yang efektif.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Terdapat empat dasar teori yakni; (1)  menulis, (2) Eksposisi, dan  (3) Pendekatan ilmiah/saintifik. Ketiga dasar teori ini akan terjabarkan pada rancangan penelitian tindakan kelas. Rancangan PTK terdiri dari beberapa tahap, mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, hingga tahap refleksi.
Untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa, maka peneliti menggunakan teknik analisis data dengan dua pendekatan yaitu pendekatan deskriptif kualitatif (observasi dan wawancara, jurnal, dan dokumentasi) dan pendekatan kuantitatif (hasil evaluasi dalam bentuk tes tertulis).Dari analisis data tersebut, peneliti dapat memperoleh data yang valid mengenai hasil belajar siswa kelas VII SMP. Adapun bagan penelitian dapat dilihat di bawah ini.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGARUH REKRUTMEN, SELEKSI DAN PENEMPATAN KERJA TERHADAP KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN (TENDIK) NON-PNS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubunga...