BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pembelajaran
bahasa berfungsi meningkatkan keterampilan berbahasa, meningkatkan kemampuan
berpikir dan bernalar, serta meningkatkan daya intelektual. Pembelajaran bahasa
Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki peran sangat penting
dalam dunia pendidikan. Menulis melibatkan berbagai aspek kebahasaan yang
meliputi: penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi, penataan kalimat,
pengembangan paragraf, pengolahan gagasan, dan pengembangan model karangan
(Ibrahim dkk, 2012: 36).
1
|
Keterampilan menulis membutuhkan
ketekunan dan kreativitas. Siswa dituntut menemukan ide dan merangkai kata
untuk menghasilkan tulisan yang baik. Dilihat dari fungsinya, kegiatan menulis
juga memiliki beberapa manfaat seperti yang diungkapkan oleh Akhadiah, dkk
(1989: 1-3), yaitu dapat menambah wawasan mengenai suatu topik karena penulis
mencari sumber informasi tentang topik tersebut, sarana mengembangkan daya
pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta, menghubungkannya, kemudian menarik kesimpulan.
Hal ini dikarenakan keterampilan menulis bertujuan untuk melatih siswa dalam
mengembangkan ide dan menyusunnya menjadi tulisan yang lebih rinci agar mudah
dipahami oleh pembaca. Begitu pula dalam menyusun teks eksposisi, pada dasarnya
teks eksposisi merupakan teks yang disusun untukmemberikan pengetahuan maupun
informasi kepada orang lain agar bertambah pengetahuannya.
Keterampilan menulis
bukanlah semata-mata milik seseorang yang memiliki bakat menulis, melainkan
dengan latihan yang sungguh-sungguh. Keterampilan menulis dapat dimiliki oleh
siapa saja (Akhdiah dkk, 2012: 2). Seperti keterampilan lainnya, jika tidak
diasah keterampilan menulis pun akan hilang. Oleh karena itu, diperlukan
ketekunan dalam berlatih menulis.
Pendekatan ilmiah/saintifik
dipandang cocok untuk meningkatkan kemampuan menulis dikarenakan pendekatan
tersebut memiliki langkah-langkah pembelajaran secara alamiah dan jelas.
Langkah-langkah yang biasa digunakan dalam pembelajaran untuk peningkatan
kemampuan menulis dengan menggunakan pendekatan ilmiah/saintifik dalam
penelitian ini dijelaskan langkah-langkah sebagai berikut : Pertama mengamati, dalam hal ini, peserta
didik mengamati contoh tulisan. Kedua menanya, dalam hal ini peserta didik
menanya tentang materi menulis yang diamati. Ketiga mengasosiasi, hal ini
dilakukan agar peserta didik dapat memadukan pengetahuannya dengan lingkungannya
dan lain-lain. Keempat, mencoba agar peserta didik dapat menuliskan
gagasan-gagasannya dalam bentuk tulisan. Kelima, menginformasikan atau mempublikasikan
hasilnya dengan cara membacakan di depan kelas atau dengan cara lainnya
(Kemdikbud, 2013: 153). Peserta didik diarahkan untuk dapat melaksanakan lima
kegiatan pendekatan tersebut.
Dewasa ini dibutuhkan
pembenahan serius dalam pembelajaran keterampilan menulis. Meskipun dipahami
bahwa banyak faktor yang memengaruhi ketidak mampuan siswa dalam menulis, namun
diakui bahwa peranan guru sangat menentukan. Kenyataan dewasa ini adalah
pembelajaran keterampilan menulis yang banyak diterapkan di sekolah adalah
pendekatan tradisional yakni bagaimana mengajar siswa menulis secara langsung
dengan memberikan judul, tema, atau topik tertentu. Siswa disuruh mengembangkan
kerangka dengan penekanan pada aspek hasil tulisan.
Akhadiah (1996)
menegaskan pula bahwa tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan
menulis merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan
dan keterampilan. Hal yang dikemukakan di atas memang benar adanya, menulis itu
tidak sesederhana yang dibayangkan karena banyak persyaratan yang harus
dipenuhi, yakni bahwa tulisan yang baik itu harus memperhatikan beberapa ciri,
diantaranya bermakna, singkat, padat, jelas, lugas, memenuhi kaidah kebahasaan,
dan komunikatif. Begitu juga dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi yang
merupakan salah satu materi yang terdapat dalam kurikulum 2013 kelas VII.
Seperti halnya menulis lainnya, menulis eksposisi juga tidak mudah, memerlukan
pengetahuan, keterampilan, dan latihan yang terus-menerus. Demikian juga dengan
penggunaan metode maupun media pembelajarannya harus diperhatikan, supaya
mempermudah dan lebih memotivasi siswa untuk menulis eksposisi.
Berdasarkan observasi terhadap
siswa kelas VII SMP Negeri dapat diketahui
bahwa sebagian besar siswa masih belum mampu menulis eksposisi dengan baik.
Dari hasil wawancara dengan siswa kelas VII yang pernah mendapat pelajaran
menulis eksposisi, ternyata banyak siswa yang mengeluh jika pelajaran sampai
pada pokok bahasan pembelajaran menulis. Mereka merasa belum mampu menyusun dan
membuat tulisan khususnya menulis eksposisi yang baik dan benar, sistematika
penulisan sering terbalik dan kurang logis, bahasanya belum efektif, serta
ketidakefetifan kalimat, ketidaktepatan penggunaan tanda baca dan ejaan masih
rawan. Hal ini disebabkan siswa mengalami beberapa kesulitan dalam menulis
eksposisi, diantaranya kesulitan menuangkan ide, terbatasnya kosakata,
terbatasnya pengetahuan, dan pengalaman siswa.
Kesalahan tersebut sukar sekali diperbaiki walaupun sudah diingatkan
berkali-kali.
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, dapat diketahui bahwa kesulitan belajar siswa kelas VII SMP Negeri ditandai
dengan berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran. Untuk dapat memberikan
hasil yang diharapkan peneliti menggunakan pendekatan ilmiah untuk meningkatkan
keterampilan menulis eksposisi siswa kelas VII SMP Negeri.
A. Identifikasi
Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang
masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Kegiatan
menulis di sekolah belum mendapat perhatian cukup dari siswa.
2. Motivasi
siswa terhadap menulis masih rendah, karena siswa beranggapan bahwa menulis
adalah kegiatan yang sulit dibandingkan empat keterampilan berbahasa yang lain.
3. Siswa
kesulitan menemukan dan menuangkan ide dalam pembelajaran menulis.
4. Model
pembelajaran yang digunakan kurang menarik sehingga diperlukan model pembelajaran
yang lebih menarik untuk meningkatkan minat siswa dalam menulis eksposisi.
5. Media
yang digunakan kurang menarik perhatian siswa.
B. Batasan
Masalah
Identifikasi masalah di atas
bervariasi sehingga perlu dilakukan pembatasan masalah agar penelitian lebih
terfokus. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan pendekatan
ilmiah untuk meningkatkan Keterampilan Menulis Eksposisi Siswa Kelas VII SMP
Negeri.
C. Perumusan
Masalah
Berdasarkan batasan masalah di
atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah upaya
peningkatan keterampilan menulis eksposisi melalui pendekatan ilmiah pada siswa
kelas VII SMP Negeri ?.
D. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas,
tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis eksposisi
melalui pendekatan pada siswa kelas VII.5 SMP Negeri 2 Sungguminasa Kabupaten
Gowa.
E. Manfaat
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat secara paraktis dan teoretis.
1.
Secara
Praktis
a. Bagi
Siswa
Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat
meningkatkan prestasi belajar, khususnya menulis eksposisi. Selain itu,
diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis.
b. Bagi
Guru
Bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah pengetahuan guru dalam mengajarkan menulis eksposisi di sekolah.
Melalui pendekatan ilmiah yang sudah diterapkan ini, guru akan memiliki
pengalaman mengajar yang baru.
2.
Secara
Teoretis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
pembelajaran keterampilan berbahasa khususnya pembelajaran keterampilan menulis
eksposisi melalui pendekatan ilmiah saintifik.
Pendekatan ini dapat digunakan dalam pembelajaran menulis eksposisi.
F. Batasan
Istilah
1. Menulis Eksposisi
Menulis
eksposisi adalah kemampuan siswa dalam menuangkan ide ke dalam tulisan yang
bertujuan untuk memberikan penjelasan selengkap-lengkapnya kepada pembaca
mengenai suatu hal agar pembaca menjadi bertambah pengetahuannya.
2. Pendekatan
ilmiah/ saintifik
Pendekatan ilmiah/saintifik adalah pendekatan yang bersifat empirik yang
dilakukan secara sistematis dan terkontrol agar peserta didik aktif dalam
pembelajaran yang dimulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan data atau
informasi dari mana saja dan kapan saja, menganalisis, menyimpulkan, dan
menyajikan atau melaporkan.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA
PIKIR DAN HIPOTESIS
A.
Kajian
Teori
Keterampilan berbahasa mencakup
empat komponen yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu dari
empat keterampilan berbahasa yakni menulis yang merupakan suatu keterampilan
penting dalam hal kemampuan berbahasa seseorang. Menulis juga merupakan suatu
bentuk komunikasi yang tidak langsung untuk menyampaikan gagasan penulis kepada
pembaca dengan menggunakan media bahasa.
1.
Penelitian
yang Relevan
Mardiati
(2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis
Petunjuk dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry Siswa Kelas VIII SMP
Makassar Raya Makassar Tahun ajaran 2008-2009” menyimpulkan bahwa penelitian menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan menulis petunjuk. Skor rata-rata sebelum dilakukan tindakan
sebesar 46,77. Pada siklus I terjadi
peningkatan sebesar 10,23% dengan nilai rata-rata sebesar 60,48 atau 13,17%
pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 10,23% dengan nilai rata-rata
sebesar 70,71. Peningkatan kemampuan menulis petunjuk siswa ini diikuti pula
dengan perubahan perilaku siswa dari perilaku negatif menjadi perilaku positif.
2.
Hakikat
Menulis
Menurut Tarigan (1984:3), menulis pada hakikatnya adalah suatu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
kegiatan produktif dan ekspresif. Selain
itu, Tarigan (1993:21) juga menambahkan pengertian menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Akhadiah dkk. (1996:2) menyatakan
bahwa “kegiatan menulis ialah suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti
bahwa melakukan kegiatan ini dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan,
penulisan, dan tahap revisi”.
Menurut Mulyati (1999:2,44)
bahwa menulis pada hakikatnya menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan
menggunakan lambang grafis (tulisan). Gagasan atau pesan yang akan disampaikan
bergantung pada perkembangan dan tingkat pengetahuan serta daya nalar siswa.
Seorang
penulis harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, wawasan, agama, serba-serbi
kehidupan dan kecakapan menulis yang akan disuguhkan kepada khayalak pembaca.
Dengan demikian, pembaca dapt menemukan kebutuhan wawasan yang dapat membantu
kelancaran dalam kehidupannya secara nyaman dan enak dicerna. (Munirah,
2015:1).
9
|
Menurut
Hayon dalam Munirah (2015:1), menulis adalah segala kegiatan yang berkaitan
perihal menulis. Menulis ada hubungannya dengan orang yang menulis, bahan yang
ditulis dan masyarakat sebagai sasaran pembaca. Itulah dunia kepenulisn yang
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Dalam
dunia pendidikan, kegiatan menulis sangat penting dalam melatih seseorang (anak
didik) menuangkan dan mengembangkan ide, pengalaman, serta kemampuan
berpikirnya kedalam bentuk tulisan (Munirah, 2015:3).
Hal ini berbeda dengan Nurhadi (1990:343) bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu berbahasa yang
paling tinggi tingkatannya. Menulis adalah suatu proses penuangan ide atau
gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa rangkaian simbol-simbol bahasa
(huruf).
3.
Pengertian
Menulis
Menulis
yang dimaksud di sini tentu saja bukan hanya sekedar menuliskan huruf-huruf di
atas kertas, akan tetapi menulis dalam arti luas. Berikut ini pengertian
menulis menurut beberapa para ahli.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 1497) mengartikan bahwa menulis adalah
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan
tulisan. Melalui kegiatan menulis, seseorang dapat menuangkan ide-idenya atau
meluapkan isi perasaanya. Dengan demikian, menulis merupakan suatu cara
mengekspresikan pikiran atau perasaan dalam bentuk tulisan.
Menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis pada
dasarnya suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Munirah, 2015: 4).
Menurut Tarigan dalam Munirah (2008: 22) menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca .lambang-lambang grafik.
Menulis
juga merupakan aktifitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya.
Wujutnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan
semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga merupakan
suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca
dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
bersama oleh penulis dan pembaca .(Munirah, 2015: 4-5).
Dari
beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu bentuk
komunikasi yang tidak langsung untuk menyampaikan gagasan penulis kepada
pembaca dengan menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya. Tulisan yang
bermutu selalu berpangkal pada pemikiran yang tepat dan jelas, hal itu akan
tercermin dalam isi, pemilihan kata dan tata susunan dari seluruh uraian
tersebut.
Seorang
penulis yang baik harus selalu menentukan maksud dan tujuan penulisannya, agar
pembaca memahami ke mana arah tujuan tulisan tersebut. Selain itu ada faktor
yaitu waktu dan kesempatan, artinya tulisan yang dibuat harus sesuai dengan
berlangsungnya suatu kejadian sehingga menarik untuk dibaca. Kegiatan menulis
memerlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan
mempunyai urutan yang logis dengan menggunakan kosakatan dan tata bahasa
tertentu atau kaidah bahasa yang jelas, runtut. Yang sehingga dapat
menggambarkan atau dapat menyajikan informasi yang diekspresikan dengan jelas.
4.
Proses
Persiapan Menulis
Tahap
persiapan dalam proses menulis tidaklah terjadi begitu saja tetapi meliputi beberapa tahap, antara lain:
penentuan sikap awal yang baik, penentuan topik dan sikap yang menyertainya,
persiapan awal berupa pengumpulan materi dan pengumpulan ide. Ada beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan pada tahap persiapan penulisan, antara lain:
a. Memilih
topik tulisan.
b. Menuliskan
judul tulisan.
c. Judul
penulisan.
d. Menentukan
bahan penulisan.
e. Membuat
kerangka tulisan.
Sehubungan dengan kegunaan tugas atau
kegiatan menulis perlu diingat bahwa banyak keuntungan yang dapat di petik dari
pelaksanaan kegiatan tersebut sebagai berikut: (1) dengan menulis dapat lebih
mengenali kemampuan dan potensi untuk
mengetahui pengetahuan tentang suatu topik perlu berpikir, dan menggali pengetahuan
dan pengalaman yang kadang tersimpan di alam bawa sadar, (2) menghubungkan
serta membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah dilakukan jika tidak
menulis. (3) kegiatan menulis memaksa untuk lebih banyak menyerap, mencari,
serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis dengan demikian
kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoritis maupun mengenai
fakta-fakta yang berhubungan. (4) menulis berarti mengorganisasi gagasan secara
sistematik serta mengungkapkannya secara tersirat, (5) melalui tulisan akan
dapat meninjau serta menilai gagasan sendiri secara lebih objektif.
5.
Penilaian
Tulisan
Nurgiyantoro
(2009: 305) mengemukakan bahwa penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa
bersifat holistik, impresif, dan selintas. Senilaian tersebut bersifat
menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara
sepintas. Berikut ini beberapa kriteria penilaian karangan:
a. Kualitas
dan ruang lingkup isi.
b. Organisasi
dan penyajian isi.
c. Komposisi.
d. Kohesi
dan koherensi.
e. Gaya
dan bentuk bahasa.
f. Mekanik:
tata bahasa, ejaan, dan tanda baca.
g. Kerapina
tulisan dan kebersihan.
h. Respon
afektif pengajar terhadap karya tulis.
Omaggio
(dalam Tayeb, 2006: 15–16) mengemukakan kriteria penilaian holistik pada aspek
kemampuan menulis yang umum dikenal dalam pembelajaran menulis Bahasa Indonesia
adalah: (1) isi karangan; (2) organisasi karangan; (3) penggunaan bahasa
(kalimat efektif); (4) pilihan kata; dan (5) ejaan dan tanda baca.
6.
Tujuan
Menulis
Berdasarkan
definisi menulis yang telah dikemukakan diatas, terlihat bahwa sebenarnya
menulis sebagai alat komunikasi tidak langsung. Dengan kata lain tulisan
berperan sebagai media penyampaian pesan dari penulis kepada pembaca. Selain
itu, tulisan harus disusun dengan sistem tulisan, struktur bahasa dan kosakata
sama-sama dapat dipahami oleh penulis dan pembaca, agar pesan yang ingin
disampaikan penulis dapat diterjemahkan dan dipahami maksudnya oleh pembaca.
Salah
satu aspek pengajaran keterampilan berbahasa adalah keterampilanmenulis.
Menulis berkaitan erat dengan tujuan pengajaran bahasa Indonesia itusendiri dan
meliputi tiga aspek yaitu. (1) tujuan pengajaran yang berkaitan denganpembinaan
sikap positif terhadap bahasa Indoneia, (2) tujuan pengajaran yang berkaitan
dengan pembinaan pengetahuan tentang segi, makna, dan fungsi bahasa Indonesia,
serta (3) tujuan pengajaran yang berkaitan dengan pembinaankemampuan penggunaan
bahasa Indonesia.
Hal
itu berarti bahwa membina siswa mampu atau terampil di dalam menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar dalam berbagai peristiwakomunikasi, karena
menulis meningkatkan pembelajaran. Sehubungan dengan ini, Arikunto (1998: 27)
menyatakan bahwa kemampuan menulis yang merupakan keterampilan berbahasa
produktif lisan melibatkan aspek penggunaan ejaan, kemampuan penggunaan diksi
kosakata, kemampuan penggunaan kalimat penggunaan jenis komposisi (gaya
penulisan, penentuan ide, pengolahan ide, danpengorganisasian ide). Kesemua
aspek itulah yang diukur dalam kemampuanmenulis. Demikian pula, Syafi’ie (2001:
56) menyatakan bahwa tujuan pengajaran keterampilan menulis berkaitan erat
dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi tulis.
Hugo
Hartig (dalam Taringan 1984) membagai tujuan penulisan, diantaranya sebagai
berikut;
a. Tujuan
penugasan. Pada tujuan ini, penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan
karena kemauan sendiri. Misalnya: Siswa ditugaskan merangkum, sekretaris, dan
lain-lain.
b. Tujuan
altruistik. Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan
kedukaan, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan serta ingin
membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dari hasil
karyanya.
c.
Tujuan persuasif.
Penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan gagasan dan kebenaran yang
diutarakan.
d. Tujuan
penerangan. Penulis bertujuan memberikan informasi atau keterangan kepada
pembaca.
e. Tujuan
pernyataan diri. Penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri kepada
pembaca melalui tulisannya agar pembaca dapat memahami sang penulis.
f. Tujuan
kreatif. Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai artistik atau
nilai kesenian. Penulis tidak hanya memberikan informasi tetapi pembaca terharu
tentang hal yang dibacanya.
g. Tujuan
pemecahan masalah. Penulis bertujuan ingin memecahkan suatu masalah yang
dihadapi. Penulis berusaha memberikan penjelasan kepada pembaca tentang cara
pemecahan suatu masalah.
Berdasarkan
tujuan penulisan, sangat jelas menulis adalah hal yang sangat komplek karena
selain harus mengemukakan gagasan atau ide dengan jelas, juga harus menerapkan
kaidah bahasa tulis yang dimaksudkan adalah dapat menata organisasi karangan
menggunakan ejaan. Semua aspek tersebut diperlukan didalam kegiatan tulis
menulis dengan berbagai tujuan. (Munirah, 2015: 7).
7.
Fungsi
Menulis
Prinsipnya
fungsi utama dari menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.
Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.
Juga dapat menolong kita berpikir secara kritis. Jugadapat memudahkan kita
merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau
persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan
bagi pengalaman. Menulis dapat membantu kitamenjelaskan pikiran-pikiran kita.
Tidak jarang kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan
mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian
hanya dalam proses menulis yang aktual. (Tarigan, 1983:22).
Keuntungan
yang dapat kita petik dari kegiatan menulis, yaitu: 1) dengan menulis kita
dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Kita mengetahui sampai
di mana pengetahuan kita tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu
kita terpaksaberpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang kadang
tersimpan di alambawah sadar, 2) melalui kegiatan menulis kita mengembangkan
berbagai gagasan. Kita terpaksa bernalar menghubung-hubungkan serta
membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan jika kitatidak
menulis, 3) kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta
menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis.
Dengan
demikian kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoretis maupun
mengenai fakta-fakta yang berhubungan, 4) menulis berarti mengorganisasikan
gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan
demikian, kita dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar bagi diri
kita sendiri, 5) melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan
kita sendiri secara lebih objektif, 6) dengan menuliskan di atas kertas kita
akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara
tersurat, dalam konteks yang lebih konkret, 7) tugas menulis mengenai suatu
topik mendorong kita belajar secara aktif. Kita harus menjadi penemu sekaligus
pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain, 8)
kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa
secara tertib.
Kegiatan
menulis suatu karangan bentuk apapun, dari karangan khayali, tulisan ilmiah,
laporan perjalanan sampai ulasan peristiwa, tidak hanya bermanfaat, melainkan
juga sungguh mempesonakan dan menggairahkan bagi penulisnya. Kegiatan seseorang
mengarang, apalagi yang telah menjadi pengarang mahir, menimbulkan berbagai
nilai. Nilai adalah sesuatu keberhargaan yang timbul dari kegiatan, pengalaman,
dan benda yang dihasilkan perbuatan
seseorang.
Menghasilkan
sekurang-kurangnya enam jenis nilai. Nilai kecerdasan, maksudnya yaitu dengan
sering menulis yang antara lain berupa menghubungkan buah-buah pikiran yang
satu dengan yang lain, merencanakan rangka uraian yang sistematis dan logis,
serta menimbang-nimbang sesuatu kata yang tepat, seseorang akan senantiasa
bertambah daya pikirnya, kemampuan khayalnya sampai tingkat kecerdasannya. Nilai kependidikan, maksudnya yaitu seorang
pemula yang terus menulis walaupun naskahnya belum berhasil diterbitkan atau
tulisannya berkali-kali ditolak sesungguhnya melatih diri menjadi tabah, ulet,
dan tekun sehingga akhirnya pada suatu hari mencapai keberhasilan. Setelah
menjadi pengarang yang berhasil, bilamana seseorang terus menghasilkan karya
tulis, ini berarti ia dapat memelihara ketekunan kerja dan senantiasaberusaha
memajukan diri. Itu semua merupakan nilai pendidikan yang sukar diperoleh dari
bangku sekolah manapun. Nilai kejiwaan, maksudnya yaitu karena keuletan yang
terus-menerus dalam menulis pada akhirnya tulisan dapat dimuat dalam majalah
terkenal atau diterbitkan sebagai buku olehpenerbit besar, lahirlah pada diri
penulisnya kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kebanggaan pribadi, dan
kepercayaan diri. Semua ini dapat menjadi pendorong untuk lebih gairah berkarya
dan mencapai kemajuan terus. Nilai kemasyarakatan, maksudnya yaitu seorang
pengarang yang telah berhasil dengan karya-karya tulisnya biasanya memperoleh
penghargaan dalam masyarakat, paling tidak namanya dikenal oleh para penerbit,
pengusaha toko buku, dan sidang pembaca tertentu. Kadang-kadang ia menerima
pula surat-surat penghargaan dari orang-orang yang merasa memperoleh banyak
manfaat dari tulisannya. Nilai keuangan, maksudnya yaitu tentu saja jerih payah
seorang penulis yang berhasil akan menerima imbalan uang dari pihak yang
menerbitkan karyanya. Makin maju suatu negara, makin cerah masa depan para
penulisnya, karena lebih banyak orang yang mau membaca dan mampu membeli
bacaan. Nilai kefilsafatan, maksudnya yaitu salah satu gagasan besar yang
digumuli para ahli pikir sejak dahulu ialah keabadian. Jasad orang-orang arif
tidak pernah abadi, tetapi buah-buah pikiran mereka kekal karena diabadikan
melalui karangan yang ditulis.
8.
Eksposisi
(Pemaparan)
Menurut
Syafi’ie (dalam Munirah 2015: 10), menyatakan bahwa eksposisi adalah wacana
berusaha atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan
pembaca. Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur. Logis
dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan suatu ide, istilah, masalah,
proses, unsure-unsur sesuatu, hubungan sebab akibat, dan sebagainya. Wacana ini
dapat menjelaskan atau memberikan keterangan, serta dapat mengembangkan gagasan
agar menjadi luas dan mudah dimengerti. (Munirah, 2015: 11).
Paragraf
eksposisi adalah paragraf yang memaparkan suatu fakta atau kejadian,
menerangkan, menjelaskan, atau memaparkan sebuah benda, gagasan, atau ide.
Untuk memperjelas paparan, karangan atau paragraf eksposisi disertai data,
seperti grafik, gambar, data statistic, contoh, denah, diagram, dan peta.
(Finoja, dalam Munirah, 2015: 149).
Menurut
Wahid dan Juanda (2006 : 58) menyatakan bahwa wacana eksposisi adalah rangkaian
tuturan yang memaparkan suatu pokok pikiran. Pokok-pokok pikiran itu lebih
dijelaskan lagi dengan cara mengungkapkan uraian bagian-bagian atau
detail-detailnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini adalah tercapainya
tingkat pemahaman suatu agar lebih jelas, mendalam dan lebih luas dari sekedar
pernyataan yang bersifat global atau umum. Wacana eksposisi kadang-kadang berbentuk
ilustrasi dengan contoh berbentuk uraian kronologis, berbentuk perbandingan dan
juga berbentuk ciri (identifikasi) dengan orientasi pada materi bukan pada
tokohnya.
Parera
(1993: 5) mengemukakan bahwa “seorang pengarang eksposisi akan mengatakan, saya
akan menceritakan kepada kalian semua kejadian dan peristiwa ini dan
menjelaskan agar Anda dapat memahaminya”.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menulis karangan eksposisi,
penulis harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang objek yang akan
digarapnya. Oleh karena itu seorang penulis harus memperluas pengetahuan dengan
berbagai cara seperti membaca referensi yang berkaitan dengan masalah yang
dikaji melakukan penelitian, misalnya wawancara, merekam pembicaraan orang,
mengedarkan angket, melakukan pengamatan terhadap objek dan sebagainya.
Bentuk
wacana eksposisi beragam antara lain : buku teks, laporan, buku resensi dan
artikel-artikel dalam majalah. Pokoknya semua uraian yang menjawab pertanyaan
(apa, mengapa, darimana, dan bagaimaa) merupakan dan menjadi eksposisi.
9.
Tujuan
Karangan Eksposisi
Nursisto (2000: 41) mengemukakan bahwa
tujuan eksposisi adalah menjelaskan, menerangkan sesuatu atau memberikan
informasi kepada pembaca sehingga memperoleh informasi sejelas-jelasnya. Parera,
dkk (2000:22) mengatakan bahwa eksposis betujuan memaparkan dan memberikan
informasi apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca agar pembaca
mengetahuinya.
10.
Langkah-Langkah Menyusun Karangan Eksposisi
Langkah-langkah menyusun karangan eksposisi yaitu:
a. Menentukan
topik.
b. Menentukan
tujuan.
c. Memilih
data.
d. Membuat
kerangka sesuai dengan topic.
e.
Mengembangkan kerangka atau menulis paragraf.
f. Menyunting
paragraf.
Ciri-ciri
paragraf eksposisi, antara lain adalah :
a. Berusaha menjelaskan tentang sesuatu.
b. Gaya tulisan bersifat informative.
c. Fakta dipakai sebagai alat
kontribusi.
d. Fakta dipakai sebagai alat
konkritasi.
Menurut Hasani (2005 :
31), ciri-ciri karangan eksposisi yaitu:
a. Penjelasannya
bersifat informative.
b. Pembahasan
masalahnya bersifat objektif.
c.
Penjelasannya disertakan dengan bentuk-bentuk yang konkret (tidak
mengada-ada).
d. Pembahasannya
bersifat logis atau sesuai dengan penalaran.
Menurut Keraf
(1984: 4), ciri-ciri wacana eksposisi
yaitu:
a.
Tujuan
maupun gaya tulisannya bersifat informative.
b. Keputusan bersifat
objektif.
c. Bahasa
dalam
pembahasannya bersifat logis.
12.
Pendekatan
Ilmiah/Saintifik
Pendekatan ilmiah/saintifik adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), mengajukan dan menemukan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang ditemukan (Daryanto, 2014: 51).
Pendekatan ilmiah/saintifik
dapat dimaknai pendekatan yang bersifat empirik yang dilakukan secara
sistematis, terkontrol, dan kritis, yang dimulai dari mengamati, menanya,
mengumpulkan data atau informasi, menganalisis, menghubungkan, sampai pada
tahap penyajian atau pelaporan (Mahsun, 2014: 123).
Pendekatan ilmiah/saintifik
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi dapat
berasal dari mana saja, kapan saja, tidak hanya bergantung pada pendidik
(Hosnan, 2014: 34).
Berdasarkan pendapat para pakar di atas,
dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan yang bersifat
empirik yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol agar peserta didik
aktif dalam pembelajaran yang dimulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan
data atau informasi dari mana saja dan kapan saja, menganalisis, menyimpulkan,
dan menyajikan atau melaporkan.
13.
Prinsip
Pendekatan Ilmiah/Saintifik
Beberapa prinsip pendekatan
ilmiah/saintifik dalam pembelajaran menurut Hosnan (2014: 37). Prinsip
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/saintifik yang pertama, pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/saintifik
yang kedua, membentuk students self
concept. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/saintifik yang
ketiga, pembelajaran terhindar dari verbalisme. Prinsip pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah/saintifik yang keempat, pembelajaran memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. Prinsip
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/saintifik yang kelima, pembelajaran
mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik. Prinsip
pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang keenam, meningkatkan motivasi
belajar peserta didik dan motivasi mengajar pendidik. Prinsip pembelajaran
dengan pendekatan saintifik yang ketujuh, memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. Prinsip pembelajaran dengan
pendekatan saintifik yang kedelapan, adanya proses validasi terhadap konsep,
hukum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.
14.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Menulis Melalui Pendekatan Saintifik
Adapun
langkah-langkah pembelajaran menulis melalui pendekatan ilmiah/saintifik
menurut Mahsun, 2014:128) sebagai berikut:
a. Tahap
penggumpulan data yang mencakup kegiatan mengamati, menanya, mencoba, pustaka,
dan intropeksi.
b. Tahap
analisis data yang meliputi kegiatan mengubah data/informasi menjadi rumusan
verbal/kalimat tunggal.
c. Tahap
menyajikan hasil analisis meliputi kegiatan menulis jenis teks tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran menulis melalui pendekatan
ilmiah/saintifik sebagai berikut ini. Tahap pembelajaran menulis yang pertama,
pramenulis yang mencakup kegiatan menentukan dan membatasi topik tulisan,
merumuskan tujuan, menentukan materi penulisan, dan menyusun kerangka (rancang
bangun) tulisan. Tahap pramenulis ini, dimulai dari penggumpulan data yang
mencakup kegiatan mengamati, menanya, mencoba, pustaka, dan intropeksi. Tahap
pembelajaran menulis yang kedua, penulisan. Tahap penulisan ini kita membahas
setiap butir (Helmawati, dkk 2015:4).
B.
Kerangka
Pikir
Dalam proses belajar mengajar bahasa
indonesia, empat keterampilan yang menjadi tujuan untuk dikuasai siswa. Keempat
keterampilan tersebut adalah aspek mendengarkan, aspek membaca, aspek
berbicara, dan aspek menulis.
Penelitian ini difokuskan pada aspek keterampilan menulis
yaitu menulis eksposisi melalui pendekatan ilmiah. Menulis eksposisi memerlukan
aktivitas berpikir secara sistematis dan logis untuk menggambarkan objek secara
rinci dan jelas agar dapat dipahami oleh pembaca. Pembelajaran menulis karangan
eksposisi merupakan kegiatan keterampilan menulis. Untuk itu, diperlukan pendekatan
dan metode pembelajaran yang efektif.
Penelitian
ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Terdapat empat dasar teori yakni;
(1) menulis, (2) Eksposisi, dan (3) Pendekatan ilmiah/saintifik.
Ketiga dasar teori ini akan terjabarkan pada rancangan penelitian tindakan
kelas. Rancangan PTK terdiri dari beberapa tahap, mulai dari tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, tahap observasi, hingga tahap refleksi.
Untuk
mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa, maka peneliti menggunakan teknik
analisis data dengan dua pendekatan yaitu pendekatan deskriptif kualitatif (observasi
dan wawancara, jurnal, dan dokumentasi) dan pendekatan kuantitatif (hasil
evaluasi dalam bentuk tes tertulis).Dari analisis data tersebut, peneliti dapat
memperoleh data yang valid mengenai hasil belajar siswa kelas VII SMP. Adapun bagan penelitian dapat
dilihat di bawah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar