BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah Negara
yang sedang mengalami masa pembangunan. Pembangunan yang ada tidaklah dapat
terjadi dalam waktu yang singkat. Semua membutuhkan proses yang terjadi terus
menerus dalam jangka waktu yang panjang oleh karena itu dibutuhkan generasi-generasi
muda untuk melanjutkan perjuangan para pendahulunya. Dalam hal ini yang sangat
berperan yaitu para remaja (Sarwono, 2010).
Remaja yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa
adalah remaja-remaja yang sehat dan produktif. Oleh karena itu selain sector pendidikan
yang perlu diperhatikan juga adalah sektor kesehatannya, khususnya kesehatan reproduksi. Pengetahuan yang lebih tentang
hal tersebut diharapkan dapat mendorong remaja untuk memiliki sikap yang benar
dan perilaku kesehatan yang bertanggung jawab.
|
Remaja diartikan sebagai masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja menjadi salah satu
permasalahan yang perlu diatasi bersama oleh dunia, karena masa remaja
merupakan masa yang rawan bagi perkembangan seorang remaja. Apabila gejala pada
masa remaja tidak mendapat penanganan yang serius, maka hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap kualitas generasi bangsa di tahun-tahun mendatang (Santoso
2009).
Pada masa remaja individu mengalami
perubahan dalam sikap, perilaku sejajar dengan tingkat pertumbuhan fisiknya,
remaja sangat mudah dipengaruhi dengan faktor yang ada diluar dirinya seperti
keluarga, lingkungan, pergaulan, teman sebaya dan teman sekolah. masa remaja
adalah masa transisi perkembangan yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau
13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun (Papalia
dan Old, 2001).
Perubahan yang paling mencolok pada
masa remaja adalah perubahan fisik, perubahan fisik yang terjadi merupakan
proses yang alamiah, namun seringkali ketidaktahuan remaja terhadap perubahan
tersebut membuat mereka cemas dan malu (Fajarina, 2007).
Remaja disebut juga sebagai usia
pencarian identitas atau jati diri. Proses pencarian tersebut, mereka selalu
mencoba dan mencoba apa yang cocok pada dirinya. Masa remaja juga merupakan
masa yang sulit karena mereka harus melewati masa penuh perubahan biologis.
Dalam perubahan biologis mereka mengalami perubahan fisik yang membedakan
remaja pria dan wanita Selain itu remaja juga mengalami perkembangan psikologis
dimana remaja mengalami perubahan-perubahan pada dirinya yaitu perubahan emosi
dan prilaku (Yusuf, 2004).
Perubahan tersebut terjadi pada masa
pubertas, terjadi cukup menyolok pada umur 9 sampai 15 tahun. Pada saat itu
tidak hanya tubuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi terjadi
juga perubahan-perubahan didalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi
atau berketurunan. Datangnya perubahan fisik yang berkaitan dengan kematangan
seksual ini tidak sama pada setiap orang. Pria merasa bahwa proporsi tubuh,
wajah dan gigi menjadi hal yang amat penting sedangkan perubahan dalam tubuh
remaja putri seperti tumbuhnya payudara, pinggul melebar dan membesar,
tumbuhnya rambut-rambut halus di daerah ketiak dan kemaluan serta dimulainya
kematangan seksual yang ditandai dengan menstruasi pertama atau menarche.
Seseorang selalu merasa tidak puas dengan bentuk badan, rambut, gigi, berat
badan, ukuran dada dan tinggi badan. Terlihat bahwa perhatian individu menilai
penampilan dirinya atau orang lain tertuju pada perbagian tubuh misalnya hidung
pesek atau besar, mata sipit, bibir tebal, atau keseluruhan tubuhnya misalnya
badan kurus kering dan kulit hitam (Atkinson, 1992).
Salah satu aspek psikologis dari
perubahan tubuh dimasa puber sudah pasti remaja cemas mangenai tubuh mereka dan
membentuk citra diri mengenai bagaimana keadaan tubuh mereka, mungkin mereka
melihat kedalam cermin setiap hari dan kadang setiap jam, untuk melihat apakah
anda mendeteksi sesuatu yang berbeda mengenai tubuhnya yang sedang berubah,
kecemasan mengenai citra tubuh seseorang kuat selama masa remaja, tetapi secara
khusus akut pada masa puber waktu dimana remaja merasa lebih tidak puas dengan
tubuh mereka dibandingkan dengan pada masa remaja akhir (Santrock, 2007).
Akibat adanya perubahan fisik,
proporsi tubuh remaja juga berubah, dimana proporsi tubuh menjadi lebih besar
dan tidak seimbang, sehingga sering membuat remaja menjadi canggung dengan
tubuhnya sendiri dan menyebabkan mereka ingin mengubahnya. Jersild (1965) juga
mengemukakan hal senada bahwa ketika anak mulai memasuki awal remaja,mereka
mulai memperhatikan keadaan dirinya dan mereka berharap ingin mencapai
penampilan yang baik. Untuk mencapai keinginan tersebut gambaran diri mempunyai
peran dalam mengevaluasi dirinya. Terjadinya perubahan pada remaja yang
berkaitan dengan fisik dan seksualitas mempuyai dampak terhadap gambaran diri
mereka daripada aspek lainya dari konsep diri (Potter and Perry, 1993).
Akibat yang luas dari masa puber
pada keadaan fisik anak juga mempengaruhi sikap dan prilaku. Namun ada bukti
yang menunjukan bahwa perubahan dalam sikap dan prilaku yang terjadi pada saat
ini lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan
kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh. Semakin sedikit simpati dan
pengertian yang diterima anak puber dari orang tua, kakak, adik, guru-guru dan
teman-teman dan semakin besar harapan-harapan sosial pada periode ini, semakin
besar akibat psikologis dari perubahan-perubahan fisik (Hurlock, 1980).
Remaja putri yang mempunyai
kecenderungan nerotis dalam usia pubertas, banyak mengalami konflik
batin dari datangnya menstruasi pertama yang dapat menimbulkan beberapa tingkah
laku patologis, meliputi kecemasan-kecemasan berupa fobia, wujud minat
yang sangat berlebih, rasa berdosa atau bersalah yang sangat ekstrim yang
kemudian menjelma menjadi reaksi paranoid (Yetty, 2005).
Kecemasan merupakan respons individu
terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk
hidup dalam kehidupan sehari-hari, merupakan pengalaman subjektif dari individu
dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi
tanpa objek yang spesifik (Suliswati, dkk, 2005). Kecemasan merupakan gejala
yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa menarche yang
kemudian diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut
(Kartono, 2006).
Videbeck (2008) mengungkapkan bahwa
kecemasan dapat dibagi menjadi 4 tingkatan. Tingkatan tersebut yakni cemas
ringan, cemas sedang, cemas berat dan panik. Kecemasan dapat disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain faktor kognitif, faktor lingkungan, faktor proses
belajar. Menurut Isaacs (2004) gejala kecemasan antara lain adanya kekhawatiran
berlebihan, gelisah, tegang, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, ketegangan dan
gangguan tidur.
Perasaan cemas dapat terjadi pada
remaja yang akan menghadapi menarche. Penelitian Sasongko (2009),
menyebutkan bahwa dari 60 responden terdapat 18,33% siswa mengalami tingkat
kecemasan ringan, 55% mengalami tingkat kecemasan sedang, dan 26,67 % mengalami
tingkat kecemasan berat dalam menghadapi menarche (Proverawati, 2009 ;
Sasongko, 2009).
Kecemasan tersebut disebabkan oleh
ketidaktahuan remaja putri tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi
saat remaja, sehingga menstruasi dianggap sebagai hal yang tidak baik (Dariyo,
2004), kesiapan mental dan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri yang
diperlukan saat menstruasi (Ferry, 2007).
Untuk mengurangi kecemasan pada
remaja saat menghadapi masa pubersta yang mengakibatkan perubahan fisisk pada
remaja maka diperlukan peran orang tua maupun guru disekolah untuk memberikan
informasi yang benar tentang kondisi perubahan pada masa remaja (Dariyo, 2004).
Selain itu diperlukan pemberian infomasi kesehatan reprodusi remaja (KRR)
khususnya tetang menstruasi karena informasi KRR masih sangat kurang (BKKBN,
2005).
Berdasarkan hal-hal yang diungkapkan
diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul adalah
“Hubungan Tingkat Kecemasan Remaja pada Masa Pubersta Terhadap Perubahan Fisik
Tubuh Di SMP N 26 Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana
hubungan tingkat kecemasan remaja pada masa
pubersta terhadap perubahan fisik tubuh di SMP N 26 Makassar.
C. Tujuan Penelitian
Untuk
mengetahui hubungan tingkat kecemasan remaja pada masa
pubersta terhadap perubahan fisik tubuh di SMP N 26 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun
hasil penelitian yang dilakukan ini di harapkan dapat bermanfaat bagi :
1.
Pihak Sekolah
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah materi pembelajaran bagi remaja
tentang masa pubertas.
2.
Praktek Keperawatan
Memberikan
informasi terhadap perubahan fisik pada masa pubertas remaja putri.
3.
Masyarakat
Hasil
penelitian ini diharapkan masyarakat mendapatkan informasi tambahan dalam
menghadapi kecemasan remaja terhadap perubahan fisik yang terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar