Senin, 01 Mei 2017

PROPOSAL HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA PADA MASA PUBERSTA TERHADAP PERUBAHAN FISIK TUBUH DI SMP N 26 MAKASSAR



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Indonesia merupakan sebuah Negara yang sedang mengalami masa pembangunan. Pembangunan yang ada tidaklah dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Semua membutuhkan proses yang terjadi terus menerus dalam jangka waktu yang panjang oleh karena itu dibutuhkan generasi-generasi muda untuk melanjutkan perjuangan para pendahulunya. Dalam hal ini yang sangat berperan yaitu para remaja (Sarwono, 2010).
            Remaja yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa adalah remaja-remaja yang sehat dan produktif. Oleh karena itu selain sector pendidikan yang perlu diperhatikan juga adalah sektor kesehatannya, khususnya  kesehatan reproduksi. Pengetahuan yang lebih tentang hal tersebut diharapkan dapat mendorong remaja untuk memiliki sikap yang benar dan perilaku kesehatan yang bertanggung jawab.
1
 
            Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Remaja merupakan kelompok usia tertentu yang definisinya berbeda di tiap negara, bahkan di dalam suatu negara tergantung pada sosial budaya dan kondisi lokal masing-masing, remaja dari segi batasan umur dapat berbeda. WHO mendefinisikan remaja sebagai periode antara umur 10-19 tahun, sedangkan badan PBB mendefiniskan orang muda (youth) sebagai periode 15-24 tahun, sedangkan pada saat ini digunakan definisi yang luas pada remaja yaitu kelompok umur 10-24 tahun.
            Remaja diartikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja menjadi salah satu permasalahan yang perlu diatasi bersama oleh dunia, karena masa remaja merupakan masa yang rawan bagi perkembangan seorang remaja. Apabila gejala pada masa remaja tidak mendapat penanganan yang serius, maka hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas generasi bangsa di tahun-tahun mendatang (Santoso 2009).
            Pada masa remaja individu mengalami perubahan dalam sikap, perilaku sejajar dengan tingkat pertumbuhan fisiknya, remaja sangat mudah dipengaruhi dengan faktor yang ada diluar dirinya seperti keluarga, lingkungan, pergaulan, teman sebaya dan teman sekolah. masa remaja adalah masa transisi perkembangan yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun (Papalia dan Old, 2001).
            Perubahan yang paling mencolok pada masa remaja adalah perubahan fisik, perubahan fisik yang terjadi merupakan proses yang alamiah, namun seringkali ketidaktahuan remaja terhadap perubahan tersebut membuat mereka cemas dan malu (Fajarina, 2007).
            Remaja disebut juga sebagai usia pencarian identitas atau jati diri. Proses pencarian tersebut, mereka selalu mencoba dan mencoba apa yang cocok pada dirinya. Masa remaja juga merupakan masa yang sulit karena mereka harus melewati masa penuh perubahan biologis. Dalam perubahan biologis mereka mengalami perubahan fisik yang membedakan remaja pria dan wanita Selain itu remaja juga mengalami perkembangan psikologis dimana remaja mengalami perubahan-perubahan pada dirinya yaitu perubahan emosi dan prilaku (Yusuf, 2004).
            Perubahan tersebut terjadi pada masa pubertas, terjadi cukup menyolok pada umur 9 sampai 15 tahun. Pada saat itu tidak hanya tubuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi terjadi juga perubahan-perubahan didalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi atau berketurunan. Datangnya perubahan fisik yang berkaitan dengan kematangan seksual ini tidak sama pada setiap orang. Pria merasa bahwa proporsi tubuh, wajah dan gigi menjadi hal yang amat penting sedangkan perubahan dalam tubuh remaja putri seperti tumbuhnya payudara, pinggul melebar dan membesar, tumbuhnya rambut-rambut halus di daerah ketiak dan kemaluan serta dimulainya kematangan seksual yang ditandai dengan menstruasi pertama atau menarche. Seseorang selalu merasa tidak puas dengan bentuk badan, rambut, gigi, berat badan, ukuran dada dan tinggi badan. Terlihat bahwa perhatian individu menilai penampilan dirinya atau orang lain tertuju pada perbagian tubuh misalnya hidung pesek atau besar, mata sipit, bibir tebal, atau keseluruhan tubuhnya misalnya badan kurus kering dan kulit hitam (Atkinson, 1992).
            Salah satu aspek psikologis dari perubahan tubuh dimasa puber sudah pasti remaja cemas mangenai tubuh mereka dan membentuk citra diri mengenai bagaimana keadaan tubuh mereka, mungkin mereka melihat kedalam cermin setiap hari dan kadang setiap jam, untuk melihat apakah anda mendeteksi sesuatu yang berbeda mengenai tubuhnya yang sedang berubah, kecemasan mengenai citra tubuh seseorang kuat selama masa remaja, tetapi secara khusus akut pada masa puber waktu dimana remaja merasa lebih tidak puas dengan tubuh mereka dibandingkan dengan pada masa remaja akhir (Santrock, 2007).
            Akibat adanya perubahan fisik, proporsi tubuh remaja juga berubah, dimana proporsi tubuh menjadi lebih besar dan tidak seimbang, sehingga sering membuat remaja menjadi canggung dengan tubuhnya sendiri dan menyebabkan mereka ingin mengubahnya. Jersild (1965) juga mengemukakan hal senada bahwa ketika anak mulai memasuki awal remaja,mereka mulai memperhatikan keadaan dirinya dan mereka berharap ingin mencapai penampilan yang baik. Untuk mencapai keinginan tersebut gambaran diri mempunyai peran dalam mengevaluasi dirinya. Terjadinya perubahan pada remaja yang berkaitan dengan fisik dan seksualitas mempuyai dampak terhadap gambaran diri mereka daripada aspek lainya dari konsep diri (Potter and Perry, 1993).
            Akibat yang luas dari masa puber pada keadaan fisik anak juga mempengaruhi sikap dan prilaku. Namun ada bukti yang menunjukan bahwa perubahan dalam sikap dan prilaku yang terjadi pada saat ini lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh. Semakin sedikit simpati dan pengertian yang diterima anak puber dari orang tua, kakak, adik, guru-guru dan teman-teman dan semakin besar harapan-harapan sosial pada periode ini, semakin besar akibat psikologis dari perubahan-perubahan fisik (Hurlock, 1980).
            Remaja putri yang mempunyai kecenderungan nerotis dalam usia pubertas, banyak mengalami konflik batin dari datangnya menstruasi pertama yang dapat menimbulkan beberapa tingkah laku patologis, meliputi kecemasan-kecemasan berupa fobia, wujud minat yang sangat berlebih, rasa berdosa atau bersalah yang sangat ekstrim yang kemudian menjelma menjadi reaksi paranoid (Yetty, 2005).
            Kecemasan merupakan respons individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari, merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik (Suliswati, dkk, 2005). Kecemasan merupakan gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa menarche yang kemudian diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut (Kartono, 2006).
            Videbeck (2008) mengungkapkan bahwa kecemasan dapat dibagi menjadi 4 tingkatan. Tingkatan tersebut yakni cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan panik. Kecemasan dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain faktor kognitif, faktor lingkungan, faktor proses belajar. Menurut Isaacs (2004) gejala kecemasan antara lain adanya kekhawatiran berlebihan, gelisah, tegang, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, ketegangan dan gangguan tidur.
            Perasaan cemas dapat terjadi pada remaja yang akan menghadapi menarche. Penelitian Sasongko (2009), menyebutkan bahwa dari 60 responden terdapat 18,33% siswa mengalami tingkat kecemasan ringan, 55% mengalami tingkat kecemasan sedang, dan 26,67 % mengalami tingkat kecemasan berat dalam menghadapi menarche (Proverawati, 2009 ; Sasongko, 2009).
            Kecemasan tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan remaja putri tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi saat remaja, sehingga menstruasi dianggap sebagai hal yang tidak baik (Dariyo, 2004), kesiapan mental dan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri yang diperlukan saat menstruasi (Ferry, 2007).
            Untuk mengurangi kecemasan pada remaja saat menghadapi masa pubersta yang mengakibatkan perubahan fisisk pada remaja maka diperlukan peran orang tua maupun guru disekolah untuk memberikan informasi yang benar tentang kondisi perubahan pada masa remaja (Dariyo, 2004). Selain itu diperlukan pemberian infomasi kesehatan reprodusi remaja (KRR) khususnya tetang menstruasi karena informasi KRR masih sangat kurang (BKKBN, 2005).
            Berdasarkan hal-hal yang diungkapkan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul adalah “Hubungan Tingkat Kecemasan Remaja pada Masa Pubersta Terhadap Perubahan Fisik Tubuh Di SMP N 26 Makassar”.


B.     Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana hubungan tingkat kecemasan remaja pada masa pubersta terhadap perubahan fisik tubuh di SMP N 26 Makassar.
C.    Tujuan Penelitian
            Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan remaja pada masa pubersta terhadap perubahan fisik tubuh di SMP N 26 Makassar.
D.    Manfaat Penelitian
            Adapun hasil penelitian yang dilakukan ini di harapkan dapat bermanfaat bagi :
1.      Pihak Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah materi pembelajaran bagi remaja tentang masa pubertas.
2.      Praktek Keperawatan
Memberikan informasi terhadap perubahan fisik pada masa pubertas remaja putri.
3.      Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat mendapatkan informasi tambahan dalam menghadapi kecemasan remaja terhadap perubahan fisik yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGARUH REKRUTMEN, SELEKSI DAN PENEMPATAN KERJA TERHADAP KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN (TENDIK) NON-PNS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubunga...