Senin, 01 Mei 2017

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KEPALA KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI DESA AEWOE KECAMATAN MAUPONGGO KABUPATEN NAGEKEO PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2008



BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang

Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan disebutkan tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Selanjutnya didalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) disebutkan bahwa tujuan pembangunan jangka panjang bidang kesehatan diarahkan agar masyarakat mampu mendorong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
 Menurut teori Blum mengatakan bahwa derajat kesehatan suatu masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Dan yang paling besar pengarunya adalah faktor lingkungan dimana sangat banyak penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan yang buruk baik berupa infeksi yaitu: diare, thypus, kholera maupun penyakit lain yang berbasis lingkungan (Soekidjo, 1997).
Upaya dibidang sanitasi dan kesehatan lingkungan memegang peranan yang sangat besar dalam rangka mencapai tujuan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan lingkungan. Lingkungan yang sehat yang diharapkan  adalah lingkungan yang kondusif  bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang bewawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong-menolong dalam memelihara nilai-nilai budaya bangsa, sedangkan perilaku sehat adalah perilaku proaktif  masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan.
Pembangunan yang berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan induvidu, keluarga, masyarakat serta lingkungannya. Dari uraian diatas, maka pada tahun 2010 penduduk Indonesia baik didesa maupun dikota diharapkan telah memiliki dan menggunakan jamban keluarga.
Untuk mewujudkan Indonesia sehat faktor lingkungan merupakan faktor penentu karena kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan  dan keselamatan kehidupan manusia. Salah satu upaya untuk meingkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah adanya sarana kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan antara lain tersedianya jamban keluarga (Junaidi Herman, 2002).
Sekitar 30% dari 60.000 desa di Indonesia belum bersih di sektor sanitasinya karena masyarakatnya masih melakukan aktifitas BAB (buang air besar) disembarang tempat seperti diselokan, kebun ataupun disungai-sungai. Indonesia masuk kategori yang terburuk di Asia terkait dengan permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia sebenarnya telah mengupayakan sejumlah program agar masyarakat bisa melakukan BAB-nya itu ditempat yang lebih bersih seperti dijamban (Profil Dinkes 2007).
Sebanyak 40% atau 320.000 rumah tangga dari 800.000 rumah tangga di Nusa Tenggara Timur tidak memiliki jamban keluarga. Kalaupun ada, kondisininya tidak memenuhi standar kesehatan. Sebagian besar jamban dibangun secara sederhana dengan bahan dari kayu atau bambu, tidak di semen, kedalaman tangki kotoran hanya 1-1,5 meter, tidak berpintu, tampa air, di biarkan terbuka sehingga mudah dihinggapi lalat dan serangga lainnya. Banyak diantara jamban keluarga dibangun berdekatan dengan sumur yang selama ini dikonsumsi rumah tangga bersangkutan. Penampung jamban dapat merembes sampai ke dasar sumur sehingga air sumur itupun terkontaminasi berbagai kotoran dan bakteri. Keterbatasan air menyebabkan jamban-jamban tidak terpelihara dengan baik, sering pula tidak ada air bersih sehinga pemilik jamban memilih membuang hajat dihutan dan sungai. Sosialisasi untuk mengubah budaya dan perilaku masyarakat dalam menggunakan jamban perlu ada. Berbagai benda seperti sabut kelapa, pakaian bekas, Koran bekas, tisu, batu, dan potongan kayu, sering kali dibuang kedalam lubang jamban. Ada yang sengaja membuang hajat di luar lubang jamban sehingga mengganggu orang lain yang ingin menggunakan jamban (Profil Dinkes, 2007).  
Berdasarkan data yang diperoleh dari SP2TP Puskesmas Mauponggo tercatat bahwa sebanyak 210 kepala keluarga (Kk) yang ada di desa Aewoe, hanya terdapat 99 (47%) Kk yang mempunyai jamban keluarga itupun semuanya tidak memenuhi syarat atau standar kesehatan.
Bertitik tolak dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti memiliki motifasi untuk melakukan penelitian mengenai kepemilikan jamban keluarga dengan batasannya mengenai “Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga Di Desa Aewoe Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008”.
  1. Batasan Masalah

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya tingkat kepemilikan jamban keluarga oleh masyarakat khususnya di Desa Aewoe Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo, maka penulis membatasi masalah pada tingakat pendidikan, pengetahuan, pendapatan dan sosial ekonomi masyarakat.
  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada batasan masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah yang akan ditelti sebagai berikut: “Bagaimana hubungan karakteristik (Pendidikan, pengetahuan, Pendapatan, Sosial Ekonomi) kepala keluarga dengan kepemilikan jamban keluarga di desa Aewoe Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008”?




  1. Tujuan Penelitian

1.      Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan karakteristik kepala keluarga dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Aewoe Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008.
2.      Tujuan Khusus

a.       Untuk mengetahui hubungan pendidikan kepala keluarga dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Aewoe Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008.
b.      Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Aewoe Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008.
c.       Untuk mengetahui hubungan pendapatan kepala keluarga dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Aewoe Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008.
d.      Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi kepala keluarga dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Aewoe Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008.
  1. Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi instansi terkait khususnya kepala desa dan kepala Puskesmas demi mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentang kepemilikan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan
2.      Manfaat Ilmiah
Sebagai sumbangsih ilmiah yang diharapkan dapat bermanfaat dan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengungkapkan masalah kepemilikan jamban keluaraga.
3.      Manfaat Praktis
Bagi peneliti sendiri merupakan  pengalaman yang sangat berharga dalam meneliti tentang hubungan karakteristik kepala keluarga dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Aewoe Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008.











BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A.    Keadaan Geografi
Desa Aewoe adalah salah satu desa di ujung barat kecamatan Mauponggo dengan luas wilayah 298 Ha/2,98 km dan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara         : Desa Bela
Sebelah Selatan      : Laut Sawu
Sebelah Timur         : Desa Wolokisa
Sebelah Barat         : Desa Kezewea
1.      Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduka desa Aewoe, bermata pencaharian sebagai petani dan sebagian kecil adalah nelayan dan wiraswasta.
2.      Agama
Agama yang paling banyak diyakini oleh penduduk desa Aewoe adalah agama Katolik dan ada beberapa penganut agama Islam.
B.     Sarana dan Prasarana
1.      Prasarana Peribadatan
Terdapat gereja  satu buah dan mesjid satu buah.
2.   Prasarana Pendidikan
Terdapat satu buah Sekolah dasar.

3.  Prasarana Kesehatan
Terdapat satu buah posyandu dan satu buah puskesmas pembantu.

1 komentar:

PENGARUH REKRUTMEN, SELEKSI DAN PENEMPATAN KERJA TERHADAP KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN (TENDIK) NON-PNS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubunga...