Menulis Puisi Melalui Model Pembelajaran Modifikasi Consept Sentence
Oleh Urip Setyadi.
ABSTRAK
Menulis puisi merupakan salah satu kompetensi yang
harus dikuasai siswa SMP kelas VII dan kelas VIII, tetapi kenyataannya
kemampuan siswa menulis puisi masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa
hambatan. Siswa kurang berminat pada pembelajaran Menulis Puisi. Mereka kurang
tertarik, merasa kesulitan dalam menuangkan gagasan/ide ke dalam larik-larik
puisi, kurang memiliki perbendaharaan kata yang memadai, kurang dapat memilih
kata-kata dengan tepat serta kurang memahami bagaimana merangkaikan kata-kata
ke dalam sebuah puisi. Hambatan lain berasal dari guru. Guru kurang dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Guru kurang mampu menerapkan model
pembelajaran yang inovatif dan variatif. Selain itu penilaiannya hanya
bertumpu pada aspek pengetahuan dan konsep saja. Model pembelajaran modifikasi
consept sentence merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kompetensi menulis puisi bagi siswa. Teknik Pembelajaran
”Modifikasi Concept Sentence” adalah Teknik Pembelajaran menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut: langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Guru menyampaikan materi
secukupnya; 3) Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen; 4) Guru
dan siswa menentukan objek penulisan puisi; 5) Guru dan siswa menentukan kata
kunci yang berhubungan dengan objek penulisan puisi; 6) Siswa berdiskusi untuk
membuat kalimat atau larik berdasarkan kata kunci; 7) Siswa berdiskusi menyusun
larik ke dalam bait puisi; dan 8) Siswa mempresentasikan hasil
disikusi kelompoknya.
Kata Kunci: menulis puisi, modifikasi Consept sentence
A. Pendahuluan
Menulis puisi merupakan salah satu kompetensi yang
harus dikuasai siswa SMP. Namun, kenyataannya kemampuan siswa menulis puisi
masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Siswa kurang berminat pada
pembelajaran Menulis Puisi. Mereka kurang tertarik, merasa kesulitan dalam
menuangkan gagasan/ide ke dalam larik-larik puisi, kurang memiliki
perbendaharaan kata yang memadai, kurang dapat memilih kata-kata dengan tepat
serta kurang memahami bagaimana merangkaikan kata-kata ke dalam sebuah puisi.
Hambatan yang ke dua berasal dari guru. Guru kurang
dapat memotivasi siswa untuk lebih menyenangi pembelajaran Menulis Puisi.
Selain itu metode yang digunakan guru kurang variatif, sehingga membosankan
bagi siswa. Pembelajaran menulis puisi masih bertumpu pada pembelajaran klasik
konvensional dengan strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran yang belum
mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif. Sebagai guru hendaknya pandai
dalam memilih metode, teknik maupun model pembelajaran sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam PP RI No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV Pasal 19 ayat 1 seperti dalam
kutipan berikut.
”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
Hambatan lain adalah, bahawa guru masih melaksanakan
penilaian yang bersifat teoretis (berupa pengetahuan dan pemahaman konsep)
saja. Jadi pada pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi, guru lebih cenderung
mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan teori puisi, misalnya bentuk-bentuk
puisi, jenis-jenis puisi, unsur- unsur pembangun puisi (baik unsur intrinsik
mau pun unsur ekstrinsik). Tentang bagaimana siswa menuangkan ide gagasannya ke
dalam bentuk puisi masih terabaikan oleh guru.
Berpijak dari latar belakang di atas maka penulis
ingin meningkatkan prestasi belajar dan motivasi siswa dalam pembelajaran
Kompetensi Menulis Puisi dengan Model Pembelajaran Modifikasi Consept Sentence.
B. Hakikat Kompetensi Menulis
Keterampilan menulis adalah kemampuan menggunakan
bahasa secara tertulis untuk menyampaikan informasi suatu peristiwa sehingga
timbul komunikasi (Tarigan, 1982:9). Sedangkan menurut The Liang Gie (2002:3)
”mengarang atau menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
masyarakat pembaca untuk dipahami”. Dengan demikian, kompetensi menulis adalah
kemampuan atau kecakapan seseorang berupa segenap rangkaian kegiatan untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
masyarakat pembaca.
Agar dapat menuangkan gagasan, informasi secara tepat
seorang penulis harus menggunakan bahasa dan pilihan kata yang tepat sehingga
pesan atau informasi tersebut dapat diterima oleh pembaca dengan tepat pula.
Hal ini hanya akan dapat terlaksana dengan adanya latihan-latihan yang intensif
dan terarah tidak hanya sekadar memahami teori-teori yang ada. Menulis
merupakan salah satu aspek penting dari empat aspek pembelajaran bahasa yaitu
mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Aspek mendengarkan dan membaca
merupakan aspek reseptif dalam kegiatan berbahasa. Sedangkan berbicara dan
menulis termasuk ke dalam aspek produktif. Dari hasil membaca dan mendengarkan
seseorang akan memproduksinya melalui aspek berbicara dan menulis.
Kompetensi menulis puisi sebagai salah satu bagian dari aspek berbahasa harus
dipelajari oleh siswa SMP kelas VII dan VIII. Standar Kompetensi untuk kelas
VII pada butir 16. Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan
menulis kreatif puisi . Standar Kompetensi ini terurai menjadi Kompetensi Dasar
ke 16.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam dan 16.2
Menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami. Dalam
standar kompetensi kelas VIII, kompetensi menulis puisi tertuang pada butir 16.
Mengungkapkan pikiran, dan perasaan dalam puisi bebas. Standar kompetensi ini
terurai menjadi 16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan
kata yang sesuai dan 16.2 Menulis puisi bebas
dengan memperhatikan unsur persajakan. Agar tujuan pembelajaran tersebut
tercapai, idealnya pembelajaran menulis puisi dirancang dan dilaksanakan untuk
menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif dengan lebih banyak memberi kesempatan
dan pengalaman belajar kepada siswa melalui kegiatan yang bersifat apresiatif,
rekreatif, ekspresif dan unjuk kinerja.
C. Hakikat Puisi
Puisi bisa didefinisikan sebagai karangan yang terikat
oleh: a) banyak baris dalam
tiap bait, b) banyak kata dalam tiap baris, c) banyak suku kata dalam tiap
baris, d) rima, dan e) irama (Wirdjosoedarmo dalam Pradopo, 1993:5). Definisi
tersebut sudah tidak cocok lagi, mengingat sekarang ini bermunculan wujud puisi
yang bermacam-macam seperti puisi naratif karya WS Rendra, puisi tipografi
karya Sutardji Calzoum Bachri dan lain sebagainya. Puisi-puisi yang ada
sekarang sudah tidak lagi terpasung oleh aturan-aturan jumlah kata maupun suku
kata dalam tiap lariknya. Demikian pula rumusan persajakan, tidak lagi menjadi
pedoman utama dalam menulis puisi.
Dari uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa
pengertian puisi tidak lagi terbatas pada sebuah karangan yang terikat oleh
jumlah baris, kata, suku kata maupun rumusan persajakan. Puisi merupakan
ekspresi pemikiran penulis yang dapat membangkitkan perasaan, yang merangsang
imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu
yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan
memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia
yang penting, digunakan dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1993:7).
Puisi sebagai karya seni mengandung nilai-nilai keindahan. Dalam puisi
kata-kata tidaklah keluar dari simpanan ingatan. Kata-kata dalam puisi itu
lahir dan dilahirkan kembali (dibentuk) pada waktu pengucapannya sendiri. Dalam
puisi tak ada perbedaan antara kata-kata dan pikiran. Kata- kata yang tertuang
dalam puisi adalah wakil dari pikiran penulisnya. Oleh karena itu diksi atau
pilihan kata dalam penulisan puisi sangatlah penting.
- 1. Unsur-unsur Pembentuk Puisi
Secara umum orang mengatakan bahwa sebuah puisi
dibangun oleh dua unsur penting, yakni bentuk dan isi atau disebut juga bentuk
fisik dan bentuk batin. Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi
yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Selanjutnya bait-bait puisi itu
membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana.
Adapun yang termasuk dalam struktur fisik puisi adalah diksi, pengimajian, kata
konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi dan tipografi.
Struktur batin puisi meliputi tema, nada, perasaan, dan amanat (Waluyo dalam
Jabrohim, 2003:34).
Unsur-unsur puisi itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri
tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan satu kesatuan dan
unsur yang satu dengan yang lain menunjukkan hubungan keterjalinan yang satu
dengan yang lainnya. Berikut ini dikemukakan mengenai unsur-unsur pembangun
puisi tersebut.
Diksi atau pilihan kata, yaitu kemampuan membedakan
secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan,
dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa
yang dimiliki masyarakat pendengar. Pilihan kata mempunyai peranan penting dan
utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra.
Pengimajian, adalah gambaran-gambaran angan,
gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang
menggambarkan gambaran tersebut. Pengimajian disebut juga citraan (imagery).
Oleh penyair imaji diberi peran untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan
memperkaya pikiran. Imaji yang tepat akan lebih hidup dan lebih segar.
Kata Konkret, adalah kata-kata yang digunakan
oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan dan suasana batin dengan
maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha mengkonkretkan
kata-kata, maksutnya kata-kata itu diupayakan agar pembaca dapat membayangkan
secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.
Bahasa Figuratif, disebut juga majas yaitu
kiasan yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau
ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau kesejajaran makna. Bahasa
figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak
makna atau kaya akan makna.
Versivikasi, meliputi ritma, rima dan metrum.
Ritma adalah irama atau wirama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek,
keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima merupakan pengulangan
bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris, atau bahkan juga pada
keseluruhan baris dan bait puisi. Adapun metrum adalah irama yang tetap,
artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan
oleh (1) jumlah suku kata yang tetap, (2) tekanan yang tetap, dan (3) alun
suara menaik dan menurun yang tetap.
Tipografi, merupakan pembeda awal yang dapat
dilihat untuk membedakan puisi dengan prosa. Tipografi adalah bentuk puisi.
Tema, adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang.
Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut merupakan dasar bagi puisi yang dicipta
oleh penyair. Untuk mengetahui tema puisi kita harus membaca keseluruhan puisi
tersebut dengan cermat.
Nada, adalah sikap penyair kepada pembaca.
Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi bersikap menggurui, menasihati,
mengejek, menyindir atau bisa jadi bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu
kepada pembaca.
Perasaan, perasaan penyair yang terekspresikan
dalam puisi. Perasaan inilah yang membuat sebuah puisi menjadi berbeda meskipun
temanya sama.
Suasana, adalah keadaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi. Ini berarti sebuah puisi akan membawa akibat psikologis pada
pembacanya.
Amanat atau tujuan, adalah hal yang mendorong penyair
untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun,
dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.
- D. Pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi dengan Model ”Modifikasi Consept Sentence ”
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Uzer Usman, 2002:4). Dalam
proses belajar mengajar guru bukan lagi sebagai satu-satunya nara sumber.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berdasar pada proses belajar
dari berbagai sumber baik dari guru maupun siswa.
Seorang guru harus bijak dalam menentukan strategi,
memilih metode, menerapkan teknik pembelajaran serta selalu berinovasi dalam
menciptakan model pembelajaran. Hal itu harus dilakukan sebagai salah
satu wujud dari bentuk profesionalitas seorang guru. Dengan berlaku bijak dalam
menjalankan profesinya maka siswa akan dengan mudah menerima informasi maupun
pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak mempunyai rasa jenuh
ataupun bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru yang kreatif akan
mendorong siswa untuk berlaku kreatif pula. Salah satu teknik pembelajaran yang
mampu merangsang kreativitas siswa dalam mengembangkan kompetensi menulis puisi
adalah pembelajaran Modifikasi Consept Sentence. Model pembelajaran ini
merupakan modifikasi dari model pembelajaran Concept Sentence.
Langkah-langkah sebagai berikut:
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- Guru menyampaikan materi secukupnya
- Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
- Guru dan siswa menentukan objek penulisan puisi
- Guru dan siswa menentukan kata kunci yang berhubungan dengan objek penulisan puisi.
- Siswa berdiskusi untuk membuat kalimat atau larik berdasarkan kata kunci
- Siswa berdiskusi menyusun larik ke dalam bait puisi.
- Siswa mempresentasikan hasil disikusi kelompoknya.
Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
Modifikasi Cocept Sentence, siswa akan belajar bersama, berdisukusi, dan
menentukan kata-kata kunci yang berhubungan objek penulisan puisi. Dengan
model pembelajaran ini akan tercipta suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan,
komunikatif, dan kondusif. Siswa menjadi lebih aktif, perhatian lebih terarah
serta lebih antusias dan tidak merasa bosan.
Siswa yang selama ini merasa kesulitan untuk
menentukan diksi/pilihan kata menjadi lebih mudah karena dapat menggunakan
kata-kata kunci yang dapat memancing daya imajinasi siswa dalam menulis puisi.
Model pembelajaran modifikasi Consept Sentence merupakan teknik pembelajaran
yang dapat membantu siswa dalam menulis puisi. Dengan teknik ini siswa yang
merasa kesulitan dalam menentukan kalimat dapat membuatnya dengan mengembangkan
kata kunci yang telah dibuat bersama. Siswa akan menjadi lebih antusias dan
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi. Dengan model
pembelajaran ini siswa merasa bergairah dan lebih tertarik untuk mengikuti
pembelajaran Kemampuan Menulis Puisi
E. Simpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
model pembelajaran modifikasi Consept Sentence kemampuan menulis puisi siswa
dapat meningkat karena model pembelajaran modifikasi Consept Sentence dapat
membantu siswa dalam menentukan pilihan kata saat akan menulis puisi.
Model pembelajaran modifikasi Consept Sentence juga
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena dengan model pembelajaran
modifikasi Consept Sentence siswa dapat melakukan eksplorasi serta mampu
bersosialisasi. Dengan model pembelajaran modifikasi Consept Sentence pembelajaran
menulis puisi dapat berlangsung lebih menarik, menyenangkan dan tidak
menjemukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bachman, Edmund. 2005. Metode Belajar Berpikir
Kritis dan Inovatif. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya
Badudu JS. 1984. Sari Kesusasteraan Indonesia.
Bandung: Pustaka Prima
Dawud. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA
Kelas X. Jakarta: Erlangga
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual
(Contxtual Teaching and Learning). Jakarta: Dirjen Dikdasmen
————– 2006. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Hasnun, Anwar.2005. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP
dan SMA. Yogyakarta: Andi Ofset.
Ismail, Taufik. 1999. Apresiasi Sastra.
Jakarta: Depdikbud
Jabrohim. 2003. Cara Menulis Kreatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Marahimin, Ismail.1993. Menulis Secara Populer.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pradopo, Rachmad Djoko. 1993. Pengkajian Puisi .Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
—————2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik,
dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ronnie M. Dani. 2005. Seni Mengajar dengan Hati.
Jakarta: PT Eka Media Komputindo
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rieneka Cipta
Suyuti, Suminto A. 1983. Berkenalan dengan Puisi.
Yogyakarta: FKSS IKIP Muhammadiyah Yogyakarta
—————1985 Puisi dan Pengajarannya.Semarang
Suryo, Subroto B. 2002. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta: PT Rieneka Cipta
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Teeuw,A. 2984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar
Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan.
Yogyakarta : Bigraf Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar