Rabu, 03 Mei 2017

Menulis Puisi Melalui Model Pembelajaran Modifikasi Consept Sentence



Menulis Puisi Melalui Model Pembelajaran Modifikasi Consept Sentence
Oleh Urip Setyadi.



ABSTRAK
Menulis puisi merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa SMP kelas VII dan kelas VIII, tetapi kenyataannya kemampuan siswa menulis puisi masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hambatan. Siswa kurang berminat pada pembelajaran Menulis Puisi. Mereka kurang tertarik, merasa kesulitan dalam menuangkan gagasan/ide ke dalam larik-larik puisi, kurang memiliki perbendaharaan kata yang memadai, kurang dapat memilih kata-kata dengan tepat serta kurang memahami bagaimana merangkaikan kata-kata ke dalam sebuah puisi. Hambatan lain berasal dari guru. Guru kurang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Guru kurang mampu menerapkan model pembelajaran  yang inovatif dan variatif. Selain itu penilaiannya hanya bertumpu pada aspek pengetahuan dan konsep saja. Model pembelajaran modifikasi consept sentence merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi menulis puisi bagi siswa. Teknik Pembelajaran ”Modifikasi Concept Sentence” adalah Teknik Pembelajaran menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Guru menyampaikan materi secukupnya; 3) Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen; 4) Guru dan siswa menentukan objek penulisan puisi; 5) Guru dan siswa menentukan kata kunci yang berhubungan dengan objek penulisan puisi; 6) Siswa berdiskusi untuk membuat kalimat atau larik berdasarkan kata kunci; 7) Siswa berdiskusi menyusun larik  ke dalam bait puisi; dan 8) Siswa mempresentasikan  hasil disikusi kelompoknya.
Kata Kunci: menulis puisi, modifikasi Consept sentence


A. Pendahuluan
Menulis puisi merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa SMP. Namun, kenyataannya kemampuan siswa menulis puisi masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Siswa kurang berminat pada pembelajaran Menulis Puisi. Mereka kurang tertarik, merasa kesulitan dalam menuangkan gagasan/ide ke dalam larik-larik puisi, kurang memiliki perbendaharaan kata yang memadai, kurang dapat memilih kata-kata dengan tepat serta kurang memahami bagaimana merangkaikan kata-kata ke dalam sebuah puisi.
Hambatan yang ke dua berasal dari guru. Guru kurang dapat memotivasi siswa untuk lebih menyenangi pembelajaran Menulis Puisi. Selain itu metode yang digunakan guru kurang variatif, sehingga membosankan bagi siswa. Pembelajaran menulis puisi masih bertumpu pada pembelajaran klasik konvensional dengan strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran yang belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih metode, teknik maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV Pasal 19 ayat 1 seperti dalam kutipan berikut.
”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
Hambatan lain adalah, bahawa guru masih melaksanakan penilaian yang bersifat teoretis (berupa pengetahuan dan pemahaman konsep) saja. Jadi pada pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi, guru lebih cenderung mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan teori puisi, misalnya bentuk-bentuk puisi, jenis-jenis puisi, unsur- unsur pembangun puisi (baik unsur intrinsik mau pun unsur ekstrinsik). Tentang bagaimana siswa menuangkan ide gagasannya ke dalam bentuk puisi masih terabaikan oleh guru.
Berpijak dari latar belakang di atas maka penulis ingin  meningkatkan prestasi belajar dan motivasi siswa dalam pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi dengan Model Pembelajaran Modifikasi Consept Sentence.
B.  Hakikat Kompetensi Menulis
Keterampilan menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara tertulis untuk menyampaikan informasi suatu peristiwa sehingga timbul komunikasi (Tarigan, 1982:9). Sedangkan menurut The Liang Gie (2002:3) ”mengarang atau menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami”. Dengan demikian, kompetensi menulis adalah kemampuan atau kecakapan seseorang berupa segenap rangkaian kegiatan untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca.
Agar dapat menuangkan gagasan, informasi secara tepat seorang penulis harus menggunakan bahasa dan pilihan kata yang tepat sehingga pesan atau informasi tersebut dapat diterima oleh pembaca dengan tepat pula. Hal ini hanya akan dapat terlaksana dengan adanya latihan-latihan yang intensif dan terarah tidak hanya sekadar memahami teori-teori yang ada. Menulis merupakan salah satu aspek penting dari empat aspek pembelajaran bahasa yaitu mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Aspek mendengarkan dan membaca merupakan aspek reseptif dalam kegiatan berbahasa. Sedangkan berbicara dan menulis termasuk ke dalam aspek produktif. Dari hasil membaca dan mendengarkan seseorang akan memproduksinya melalui aspek berbicara dan menulis.
            Kompetensi menulis puisi sebagai salah satu bagian dari aspek berbahasa harus dipelajari oleh siswa SMP kelas VII dan VIII. Standar Kompetensi untuk kelas VII pada butir 16. Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi . Standar Kompetensi ini terurai menjadi Kompetensi Dasar ke 16.1  Menulis kreatif puisi berkena­an dengan ke­indahan alam dan 16.2 Menulis kreatif puisi berke­na­an dengan pe­ristiwa yang pernah dialami. Dalam standar kompetensi kelas VIII, kompetensi menulis puisi tertuang pada butir 16. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan dalam puisi bebas. Standar kompetensi ini terurai menjadi 16.1   Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai  dan 16.2     Menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur persajakan.  Agar tujuan pembelajaran tersebut tercapai, idealnya pembelajaran menulis puisi dirancang dan dilaksanakan untuk menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif dengan lebih banyak memberi kesempatan dan pengalaman belajar kepada siswa melalui kegiatan yang bersifat apresiatif, rekreatif, ekspresif dan unjuk kinerja.
C. Hakikat Puisi
Puisi bisa didefinisikan sebagai karangan yang terikat oleh:         a) banyak baris dalam tiap bait, b) banyak kata dalam tiap baris, c) banyak suku kata dalam tiap baris, d) rima, dan e) irama (Wirdjosoedarmo dalam Pradopo, 1993:5). Definisi tersebut sudah tidak cocok lagi, mengingat sekarang ini bermunculan wujud puisi yang bermacam-macam seperti puisi naratif karya WS Rendra, puisi tipografi karya Sutardji Calzoum Bachri dan lain sebagainya. Puisi-puisi yang ada sekarang sudah tidak lagi terpasung oleh aturan-aturan jumlah kata maupun suku kata dalam tiap lariknya. Demikian pula rumusan persajakan, tidak lagi menjadi pedoman utama dalam menulis puisi.
Dari uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa pengertian puisi tidak lagi terbatas pada sebuah karangan yang terikat oleh jumlah baris, kata, suku kata maupun rumusan persajakan. Puisi merupakan ekspresi pemikiran penulis yang dapat membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digunakan dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1993:7). Puisi sebagai karya seni mengandung nilai-nilai keindahan. Dalam puisi kata-kata tidaklah keluar dari simpanan ingatan. Kata-kata dalam puisi itu lahir dan dilahirkan kembali (dibentuk) pada waktu pengucapannya sendiri. Dalam puisi tak ada perbedaan antara kata-kata dan pikiran. Kata- kata yang tertuang dalam puisi adalah wakil dari pikiran penulisnya. Oleh karena itu diksi atau pilihan kata dalam penulisan puisi sangatlah penting.
  1. 1.      Unsur-unsur Pembentuk Puisi          
Secara umum orang mengatakan bahwa sebuah puisi dibangun oleh dua unsur penting, yakni bentuk dan isi atau disebut juga bentuk fisik dan bentuk batin. Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Selanjutnya bait-bait puisi itu membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana. Adapun yang termasuk dalam struktur fisik puisi adalah diksi, pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi dan tipografi. Struktur batin puisi meliputi tema, nada, perasaan, dan amanat (Waluyo dalam Jabrohim, 2003:34).
Unsur-unsur puisi itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan satu kesatuan dan unsur yang satu dengan yang lain menunjukkan hubungan keterjalinan yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini dikemukakan mengenai unsur-unsur pembangun puisi tersebut.
Diksi atau pilihan kata, yaitu kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki masyarakat pendengar. Pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra.
Pengimajian, adalah gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkan gambaran tersebut. Pengimajian disebut juga citraan (imagery). Oleh penyair imaji diberi peran untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya pikiran. Imaji yang tepat akan lebih hidup dan lebih segar.
Kata Konkret, adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan dan suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha mengkonkretkan kata-kata, maksutnya kata-kata itu diupayakan agar pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.
Bahasa Figuratif, disebut juga majas yaitu kiasan yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan  atau kesejajaran makna. Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
Versivikasi, meliputi ritma, rima dan metrum. Ritma adalah irama atau wirama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima merupakan pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Adapun metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh (1) jumlah suku kata yang tetap, (2) tekanan yang tetap, dan (3) alun suara menaik dan menurun yang tetap.
Tipografi, merupakan pembeda awal yang dapat dilihat untuk membedakan puisi dengan prosa. Tipografi adalah bentuk puisi.
Tema, adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang. Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut merupakan dasar bagi puisi yang dicipta oleh penyair. Untuk mengetahui tema puisi kita harus membaca keseluruhan puisi tersebut dengan cermat.
Nada, adalah sikap penyair kepada pembaca. Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi bersikap menggurui, menasihati, mengejek, menyindir atau bisa jadi bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.
Perasaan, perasaan penyair yang terekspresikan dalam puisi. Perasaan inilah yang membuat sebuah puisi menjadi berbeda meskipun temanya sama.
Suasana, adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Ini berarti sebuah puisi akan membawa akibat psikologis pada pembacanya.
Amanat atau tujuan, adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.
  1. D.    Pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi dengan Model ”Modifikasi Consept Sentence ”
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Uzer Usman, 2002:4). Dalam proses belajar mengajar guru bukan lagi sebagai satu-satunya nara sumber. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berdasar pada proses belajar dari berbagai sumber baik dari guru maupun siswa.
Seorang guru harus bijak dalam menentukan strategi, memilih metode, menerapkan teknik pembelajaran serta selalu berinovasi dalam menciptakan  model pembelajaran. Hal itu harus dilakukan sebagai salah satu wujud dari bentuk profesionalitas seorang guru. Dengan berlaku bijak dalam menjalankan profesinya maka siswa akan dengan mudah menerima informasi maupun pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak mempunyai rasa jenuh ataupun bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru yang kreatif akan mendorong siswa untuk berlaku kreatif pula. Salah satu teknik pembelajaran yang mampu merangsang kreativitas siswa dalam mengembangkan kompetensi menulis puisi adalah pembelajaran Modifikasi Consept Sentence. Model pembelajaran ini merupakan modifikasi dari model pembelajaran Concept Sentence.
Langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru menyampaikan materi secukupnya
  3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
  4. Guru dan siswa menentukan objek penulisan puisi
  5. Guru dan siswa menentukan kata kunci yang berhubungan dengan objek penulisan puisi.
  6. Siswa berdiskusi untuk membuat kalimat atau larik berdasarkan kata kunci
  7. Siswa berdiskusi menyusun larik  ke dalam bait puisi.
  8. Siswa mempresentasikan  hasil disikusi kelompoknya.
Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Modifikasi Cocept Sentence, siswa akan belajar bersama, berdisukusi, dan menentukan kata-kata kunci yang berhubungan objek penulisan puisi.  Dengan model pembelajaran ini  akan tercipta suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan, komunikatif, dan kondusif. Siswa menjadi lebih aktif, perhatian lebih terarah serta lebih antusias dan tidak merasa bosan.
Siswa yang selama ini merasa kesulitan untuk menentukan diksi/pilihan kata menjadi lebih mudah karena dapat menggunakan kata-kata kunci yang dapat memancing daya imajinasi siswa dalam menulis puisi. Model pembelajaran modifikasi Consept Sentence merupakan teknik pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menulis puisi. Dengan teknik ini siswa yang merasa kesulitan dalam menentukan kalimat dapat membuatnya dengan mengembangkan kata kunci yang telah dibuat bersama. Siswa akan menjadi lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi. Dengan model pembelajaran ini siswa merasa bergairah dan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran Kemampuan Menulis Puisi
E.  Simpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran modifikasi Consept Sentence kemampuan menulis puisi siswa dapat meningkat karena model pembelajaran modifikasi Consept Sentence dapat membantu siswa dalam menentukan pilihan kata saat akan menulis puisi.
Model pembelajaran modifikasi Consept Sentence juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena dengan model pembelajaran modifikasi Consept Sentence siswa dapat melakukan eksplorasi serta mampu bersosialisasi. Dengan model pembelajaran modifikasi Consept Sentence pembelajaran menulis puisi dapat berlangsung lebih menarik, menyenangkan dan tidak menjemukan.
DAFTAR PUSTAKA



Bachman, Edmund. 2005. Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya
Badudu JS. 1984. Sari Kesusasteraan Indonesia. Bandung: Pustaka Prima
Dawud. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Depdiknas.   2002. Pendekatan Kontekstual (Contxtual Teaching and Learning). Jakarta: Dirjen Dikdasmen
————–  2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Penerbit Andi
Hasnun, Anwar.2005. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta: Andi Ofset.
Ismail, Taufik. 1999. Apresiasi Sastra. Jakarta: Depdikbud
Jabrohim. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Marahimin, Ismail.1993. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pradopo, Rachmad Djoko. 1993. Pengkajian Puisi .Yogyakarta: Gajah Mada University Press
—————2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ronnie M. Dani. 2005. Seni Mengajar dengan Hati. Jakarta: PT Eka Media Komputindo
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rieneka Cipta
Suyuti, Suminto A. 1983. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: FKSS IKIP Muhammadiyah Yogyakarta
—————1985  Puisi dan Pengajarannya.Semarang
Suryo, Subroto B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rieneka Cipta
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Teeuw,A. 2984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta : Bigraf Publishing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGARUH REKRUTMEN, SELEKSI DAN PENEMPATAN KERJA TERHADAP KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN (TENDIK) NON-PNS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubunga...